Pembangunan jejaring dibutuhkan untuk mendekatkan SDM yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan LKS-nya.
"Sekaligus untuk menjawab tantangan pasar kerja yang dinamis. Oleh sebab itu, Poltekesos Bandung jangan hanya mengajarkan mahasiswa dengan keterampilan lama," kata Mensos.
Agus minta Poltekesos Bandung agar mendesain program studi yang relevan dengan dunia kerja, baik dari aspek kemampuan dosen, kurikulum, laboratorium dan semua peralatannya, serta kampus yang kondusif.
Tak lupa, Mensos mengingatkan, pendidikan tinggi vokasi punya peran strategis dan berada di garda terdepan dalam penanganan usia angkatan kerja.
Baca Juga: Rekrutmen Pejabat Baru, Kemensos : Proses Berjalan Akuntabel
"Lulusan program pendidikan tinggi vokasi tidak hanya menguasai iptek, namun juga mandiri, terampil dan terlatih serta memenuhi tuntutan dunia industri atau dunia kerja," kata Mensos.
Oleh karenanya, kata Agus, lulusan pendidikan tinggi vokasi harus memiliki modal yang cukup dalam menghadapi persaingan regional maupun global.
"Bahkan secara khusus, juga akan mampu menjawab tantangan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0 ini," katanya.
Kini bahkan kemampuan vokasi Indonesia cukup menggembirakan. Mengutip Global Talent Competitiveness Index 2017, Indikator Vocational & Technical Skills Indonesia berperingkat paling baik di antara indikator-indikator lainnya.
"Indonesia menempati ranking 13 dari 27 di kelompok negara lower-middle income. Padahal fokus pemerintah selama ini dalam pengembangan vokasi dinilai masih kurang memadai," kata Mensos.
Baca Juga: Ciptakan Kemandirian, Kemensos Beri Pelatihan Agrobisnis pada Eks Napi
Oleh karena itu, pendidikan vokasi di era Revolusi Industri 4.0 telah menjadi kesepakatan bersama, dan selanjutnya menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam penyiapan platform untuk mempermudah akses ke pasar kerja.