Suara.com - Untuk mengurangi dampak kekeringan pada lahan pertanian selama musim kemarau tahun ini, kementerian pertanian (kementan) akan membuat posko mitigasi dan adaptasi kekeringan.
Langkah tersebut dilakukan karena Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini potensi kemarau ekstrim terjadi hingga September 2019.
Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengemukakan untuk mengantisipasi kemarau ekstrim, kementan menggelar rapat koordinasi (rakor) mitigasi kekeringan. Pihaknya juga melibatkan dinas pertanian kabupaten, dinas PU kabupaten serta kodim di wilayah terdampak kekeringan untuk melakukan mitigasi bencana kekeringan.
"Mitigasi bencana kekeringan tahun ini agak berbeda dari mitigasi kekeringan sebelumnya karena kita melibatkan wilayah yang ketika terjadi kekeringan justru jadi sumber pertumbuhan luas tanam baru," ujar Gatot, Senin (8/7/2019).
Baca Juga: Musim Kemarau 2019, Pemerintah Waspada pada Daerah Berpotensi Puso
Gatot menambahkan, pada tahun ini BMKG memrediksi wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT. Sehingga untuk mengantisipasinya pihaknya meminta pemerintah daerah untuk membentuk posko adaptasi kekeringan.
"Arahan menteri pertanian bahwa setiap daerah yang terdampak maupun perluasan tanam area tanah membentuk posko adaptasi kekeringan yang diresmikan oleh
bupati," tambahnya.
Gatot menuturkan nantinya pemerintah daerah di setiap wilayah menjadi ketua untuk pendanaan mitigasi kekeringan. Sedangkan, untuk pengawasannya hanya melaporkan melalui foto yang diunggah ke grup untuk penanganan mitigasi kekeringan.
Selanjutnya, pihaknya sudah menyiapkan infrastruktur mesin mobilisasi seperti mesin pompa, serta menyiapkan benih tanaman yang kuat dari dampak kekeringan.
"Kami dari tanaman pangan dan litbang juga menyiapkan benih, siang ini juga kami turun berkas kalo memungkinkan sesuai dengan kondisi pertanian yang memerlukan bantuannya langsung eksekusi," terangnya.
Baca Juga: Musim Kemarau Hingga September, Ridwan Kamil Minta Warganya Hemat Air
Sebelumnya, Pemerintah meningkatkan kewaspadaan terhadap daerah yang berpotensi mengalami kekeringan, puso, hingga kebakaran lahan. Musim kemarau kali ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan pantauan BMKG, puncak musim kemarau diprakirakan terjadi Juli - Agustus 2019. Musim kemarau dapat menjadi ancaman bagi tanaman padi.
Hingga saat ini, sejumlah daerah yang mengalami kekeringan dan terancam puso atau gagal panen. Wilayah tersebut meliputi Ciamis seluas 1.040 hektare, Cianjur seluas 1.007 hektare dan Jawa Timur 24.633 hektare. Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengalami puso seluas 1.992 hektare.