Suara.com - Kesalahan distribusi gas subsidi tiga kilogram ternyata tidak hanya terjadi pada warung menengah ke atas saja. Di Kota Solo, Jawa Tengah banyak warga mampu yang nekat menikmati gas melon yang harusnya untuk warga miskin.
Kenyataan itu diungkapkan seorang pemilik pangkalan gas elpiji tiga kilogram, Toto (60). Ia mengaku juga tidak bisa berbuat banyak untuk melarang pembeli mampu itu agar tidak menggunakan gas bersubsidi.
"Banyak yang membeli gas elpiji tiga kilogram menggunakan mobil. Kalau mau saya larang, gimana juga namanya pembeli," kata Toto saat ditemui di pangkalannya, Jumat (28/6/2019).
Diakuinya, jika menngikuti aturan pembelian gas melon hanya diperuntukkan bagi warga miskin saja, tetapi banyaknya aturan membuatnya kesulitan untuk menerapkan saat menjual gas elpiji tiga kilogram.
Baca Juga: Distribusi Gas Melon Salah Sasaran, Pangkalan Mengaku Kewalahan
"Memang harusnya gas elpiji ini untuk warga miskin. Tapi saya juga tidak bisa mencermati mana yang warga miskin dan mana yang mampu. Karena kebanyakan pembelinya juga saya kenal," tuturnya.
Toto menambahkan, sesuai aturan setiap pembeli gas elpiji, haruslah membawa KTP. Kemudian, pembeli juga harus mengisi data yang ada dalam buku laporan.
"Tetapi, itu kan tidak mungkin bisa terus menerus. Kadang saya juga agak tidak enak, kalau setiap hari ada pembeli harus menanyakan KTP dan meminta mengisi data," ucapnya.
Bahkan, lanjutnya, pernah dirinya menegur pembeli mampu yang nekat membeli gas elpiji. Akan tetapi, jawaban dari pembeli juga tidak mengenakan.
"Sudah pernah saya minta agar menggunakan gas nonsubsidi. Tapi, katanya kebutuhannya memasak tidak terlalu sering. Sehingga, kalau harus menggunakan gas besar takut tidak cepat habis dan justru berbahaya," ucapnya.
Baca Juga: Pemkot Solo Masih Pergoki Rumah Makan Gunakan Gas Bersubsidi
Untuk diketahui, PT Pertamina (Persero) menggelar sidak penggunaan gas LPG subsidi 3 Kg bersama jajaran Dinas Perindustrian dan Kepolisian Resor Solo. Sidak dilakukan di beberapa rumah makan yang berlokasi di Kota Solo, Jawa Tengah.
Sales Executive LPG Pertamina MOR IV wilayah Soloraya, Adeka Sangtraga mengatakan, dari hasil sidak ditemukan rata-rata konsumsi gas LPG bersubsidi 3 kg lebih dari 300 tabung setiap minggunya.
Jumlah ini setara dengan 3,6 Metric Ton (MT) per bulan dari beberapa rumah makan dan restoran yang dijumpai di Kota solo.
"Saat ini konsumsi LPG terutama yang bersubsidi di Kota Solo mencapai 2.300 MT per bulan atau setara dengan 760 ribu tabung setiap bulannya, jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat," ujar Adeka dari keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Kamis (27/6/2019) kemarin.
Kontributor : Ari Purnomo