Suara.com - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China membuat kekhawatiran ekonomi dunia. Bahkan, ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bakal terpuruk jika tak ada kesepakatan antara dua negara.
Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinpin bakal menggelar pertemuan pada KTT G20 di Jepang. Pertemuan itu diharapkan para ekonom membuahkan hasil positif.
Namun, jika tak ada kesepakatan bakal mengancam ekonomi dunia. Bahkan bisa terjadi resesi atau kemunduraan pada ekonomi global.
"Jika perang perdagangan meningkat, kami memperkirakan pertumbuhan global akan menjadi 75 [basis poin] lebih rendah selama enam kuartal berikutnya dan bahwa konturnya akan menyerupai 'resesi global' yang ringan - sama besarnya dengan krisis zona euro, keruntuhan minyak di pertengahan 1980-an dan krisis 'Tequila' pada 1990-an," tulis kepala riset ekonomi global UBS Arend Kapteyn dalam sebuah catatan seperti dikutip dari CNBC, Rabu (26/6/2019).
Baca Juga: World Bank Turunkan Target Ekonomi Global, Sri Mulyani Sebut Imbas dari Ini
Perang dagang memang telah menyebar dampaknya, salah satunya daftar hitam AS perusahaan telekomunikasi Cina Huawei. Ada juga sumber ketegangan lainnya, seperti sanksi AS terhadap Iran, pemasok minyak China.
Dampak ekonomi juga terlihat dalam data perdagangan kedua negara. Defisit perdagangan AS menyempit 2,1 persen pada bulan April, tetapi penurunan dalam impor dan ekspor mengisyaratkan bahwa AS kurang diperdagangkan dengan negara-negara lain di dunia. Defisit perdaganam AS dengan China, melonjak 29,7 persen pada bulan April menjadi 26,9 miliar dolar AS.
Capital Economics mengatakan ekspor barang-barang China yang tidak di bawah tarif meningkat ke AS, tetapi ekspor China tertentu, yang dikenakan tarif, turun.
"Pengiriman barang dalam daftar 50 miliar dolar AS hampir 30 persen lebih rendah dalam empat bulan pertama tahun 2019 daripada tahun sebelumnya. Ekspor barang dalam daftar 200 milar dolar AS , yang telah bertahan cukup baik tahun lalu, kini juga merosot, ”tulis Capital Economics.
“Sebaliknya, ekspor barang non-tarif ke AS telah tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan ekspor China ke seluruh dunia. Ini akan menjadi yang berikutnya di garis tembak jika ada eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang," kata Capital Economicss.
Baca Juga: Turun-Naik Ekspor Otomotif Nasional di Tengah Resesi Ekonomi Global
Sementara di AS, perang perdagangan telah memukul kepercayaan bisnis dan memperlambat pengeluaran investasi, dan itu bisa berlanjut.
Jika Trump dan Xi setuju untuk terus bernegosiasi yang dapat mencegah masalah yang lebih parah tetapi tidak menghentikan dampak dari konflik perdagangan menyebar.