Suara.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai, perubahan perilaku konsumen turut mempengaruhi penutupan Giant yang merupakan gerai ritel modern yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket Tbk.
Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey mengatakan, bergesernya perilaku konsumen (consumen behaviour) dari yang biasanya memasak di rumah menjadi berkuliner dan membeli makanan di luar rumah turut mempengaruhi penurunan transaksi komoditas pangan, baik makanan dan minuman.
"Bergesernya perilaku konsumen dari shopper lifestyle sekarang perilakunya menjadi leisure lifestyle yang di dalamnya terdapat kuliner dan hiburan sebagai bagian dari gaya hidup saat ini," kata Roy.
Roy mengaku bahwa Aprindo belum mendapatkan keterangan resmi dari Giant mengenai rangkaian penutupan gerai ini.
Baca Juga: Giant Gulung Tikar, Darmin: Kalah Dalam Bersaing Itu Normal
Menurut dia, penutupan supermarket Giant di enam lokasi ini lebih karena pada efisiensi agar korporasi dapat terus berusaha dan menghidupi bisnisnya.
Keenam gerai yang akan ditutup, kata Roy, akan direlokasi terhadap lokasi yang baru, yang lebih strategis dan memiliki potensi pendapatan lebih baik daripada gerai yang saat ini masih beroperasi.
Saat ini, gerai ritel dengan luasan medium berkisar 2.000-2.500 meter persegi lebih populer dibanding supermarket yang tergolong largest size area dengan luas 5.000 meter persegi ke atas.
"Kemungkinan membuka area yang lebih kecil ini sebagai dampak perubahan perilaku belanja konsumen di Indonesia. Ukuran 2.000-2.500 m2 menjadi cukup populer saat ini," katanya.
Roy menambahkan strategi agar para ritel modern lain dapat bertahan, yakni menambahkan fungsi ritel agar tidak hanya sekadar menjadi pusat belanja, tetapi juga wahana bermain anak-anak, restoran, cafe dan bioskop.
Baca Juga: Frustasi Panjangnya Antrean di Kasir Giant, Emak-emak: Ga Jadi Belanjanya
Ia juga berharap agar para ritel menerapkan omni channel, yakni memberikan akses belanja dengan menggunakan berbagai channel sekaligus baik online maupun offline. (Antara)