Bali Dijadikan Pilot Project Perlindungan HAKI Produk Perajin

Sabtu, 22 Juni 2019 | 03:13 WIB
Bali Dijadikan Pilot Project Perlindungan HAKI Produk Perajin
Megawati Soekarnoputri pada acara FGD dan Workshop Pelestarian Tradisi Budaya Bali Melalui Perlindungan Kekayaan Intelektual, di Kota Denpasar, Bali, Jumat (21/6/2019). (Dok. Kemenkop)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dengan kondisi seperti itu, Megawati berharap soal HAKI harus dipahami masyarakat secara serius dan mendalam. Terutama dalam hal melindungi produk seni dan budaya hasil para perajin dan seniman Indonesia.

"Kalau hal itu tidak dilakukan, maka segala kekayaan kita itu bisa diangkut ke luar negeri dengan mudah. Orang kita bikin kreasi seni dan budaya sampai bungkuk-bungkuk, eh malah diambil orang," tandas Megawati.

Oleh karena itu, Megawati mengajak seluruh kepala daerah di Bali, umumnya di Indonesia, untuk mulai concern terkait masalah HAKI di daerahnya masing-masing.

"Patenkan segala hasil kerja seni dan budaya rakyat kita. Harus segera dijabarkan dan diimplementasikan di lapangan. Tujuannya, untuk melindungi para perajin dan seniman di Indonesia,” tukas Megawati lagi.

Baca Juga: Cegah Koperasi Bodong, Kemenkop dan UKM Latih Pembina dan Pendamping

Megawati juga menunjuk aneka keragaman hayati yang dimiliki bangsa ini yang wajib dilindungi. "Tanaman khas untuk obat seperti kunyit dan jahe, yang asli Indonesia, apakah sudah dilindungi secara hukum? Kalau butuh biaya mahal, pemerintah bisa mensubsidi untuk pengurusannya,” tegas Megawati. 

Sementara itu, mantan Mensesneg Bambang Kesowo sebagai narasumber utama dalam FGD ini mengakui, tidak semua pemimpin di negeri ini memahami masalah HAKI tersebut. "Saya mengajak para bupati di Bali untuk mengembangkan dan mengimplementasikan soal HAKI ini," kata Bambang.

Bambang pun mengaku sepakat bila Bali dijadikan sebagai role model untuk perlindungan HAKI dan kekayaan alam hayati. "Kalau langkah itu jalan di Bali, provinsi lain juga didorong juga untuk melindungi kekayaan seni, budaya, dan keanekaragaman hayati di daerahnya,” tegas Bambang.

Bambang merujuk burung Jalak Bali yang terkenal namun jumlahnya kian menurun. Tapi, sementara itu, genetika burung langka tersebut bisa dikembangkan di negara lain dan bisa diklaim sebagai burung warisan dan khas negaranya.

“Kita pernah ada kasus lagu Rasa Sayange asal Maluku yang diklaim negara lain. Lantas, apakah kita rela bila Reog Ponorogo diklaim sebagai warisan budaya negara lain?" imbuh Bambang.

Baca Juga: Kemenkop dan UKM Siapkan Regulasi yang Ramah bagi Pengembangan KUKM

Bambang berharap agar Pemda memiliki daftar kekayaan warisan seni, budaya, serta keanekaragaman hayati khas daerahnya. "Fakta, mangga Harumanis yang ada di Amsterdam dan Paris, bukan berasal dari Indonesia. Melainkan dari Mesir," ungkap Bambang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI