Suara.com - Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto menilai kemacetan yang sempat terjadi pada arus balik tidak berkaitan dengan kesiapan sarana infrastruktur, seperti jalan maupun tempat istirahat atau rest area.
"Kemacetan arus balik terjadi karena semata-mata kapasitas jalan tidak didesain untuk menampung beban lalu lintas Lebaran yang meroket yang terjadi hanya setahun sekali," kata Heru di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Menurut dia, kesiapan sarana infrastruktur pada periode mudik Lebaran 2019 ini sudah jauh lebih baik dari penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya.
"Terutama infrastruktur jalan. Seperti Jalan Lintas Utara, Selatan dan Tengah Jawa sudah siap di atas 90 persen, ditambah Tol Trans Jawa," kata Heru seperti dilansir Antara.
Baca Juga: Arus Balik Mudik Lebaran 2019: Baru 916.305 Mobil Kembali ke Jakarta
Heru menambahkan kemacetan dapat berkurang drastis karena tiga hal, yakni kesiapan infrastruktur, manajemen lalu lintas yang tepat, dan perilaku pemudik yang efektif.
Namun, Doktor Manajemen Strategis jebolan Universitas Indonesia menyatakan dua hal terakhir masih menjadi penyebab terjadinya kemacetan pada arus balik.
Untuk manajemen lalu lintas, Heru menyoroti tidak seimbangnya alokasi waktu arus mudik selama tujuh hari pada 29 Mei-4 Juni dengan arus balik selama tiga hari pada 7-9 Juni. Ketidakseimbangan alokasi waktu itu yang menjadi penyebab perbedaan kepadatan arus mudik dan arus balik.
"Ini ibarat memasukkan pasir ke dalam tujuh ember, kemudian jumlah pasir yang sama dimasukkan ke dalam tiga ember," kata Heru.
Terkait faktor perilaku pemudik, Heru lebih mendorong penggunaan transportasi umum, seperti bus, kereta api, pesawat, kapal laut dan lainnya untuk mudik ke kampung halaman.
Baca Juga: Bukan Puncak Arus Balik Lebaran 2019, Ada Diskon Trans Jawa
"Tentu hal ini terkait langsung dengan ketersediaan transportasi umum yang aman, nyaman dan terjangkau yang diupayakan pemerintah," katanya.