Suara.com - Mahalnya tiket pesawat selain dikeluhkan masyarakat umum juga dikeluhkan para pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Para pengusaha hotel mengeluhkan okupansi atau jumlah unit terpakai mengalami penurunan pada musim mudik lebaran tahun ini.
Wakil Ketua Umum PHRI Maulana Yusran mengungkapkan, penurunan jumlah pengunjung hotel tidak dirasakan hanya di Pulau Jawa saja melainkan di berbagai daerah lain.
Mahalnya tiket pesawat diduga membuat pemudik tidak bisa memaksimalkan kunjungannya ke kampung halaman dan berlibur bersama keluarga dengan menikmati fasilitas hotel.
Baca Juga: Buntut Tiket Pesawat Mahal, Rachel Maryam: Banyak yang Terpaksa Tak Mudik
"Di daerah Jawa ada beberapa masih ada yang cukup baik karena transportasinya ada melalui darat, tetapi untuk daerah lain seperti Sumatera dan Kalimantan terkendala masalah tiket pesawat," ujar Maulana Yusran saat dihubungi Suara.com.
Yusran menuturkan, pada mudik tahun ini jumlah pengunjung hotel mengalami pergeseran. Menurutnya, pemudik banyak yang menggunakan jalur darat menuju kampung halaman sehingga durasi kunjungan lebih singkat.
"Yang kita hitung sekarang berapa lama momentum tingkat hunian itu bisa tinggi. Kalau biasanya dari tahun ke tahun bisa lima atau tujuh hari kalau sekarang menjadi pendek antara dua hingga tiga hari," tambahnya.
Penurunan jumlah pengunjung saat mudik lebaran baru terjadi pada tahun ini. Bahkan Yusran menegaskan banyak masyarakat memanfaatkan berlibur lebaran untuk bepergian keluar negeri.
"Tahun kemarin kita tidak ada masalah dengan tiket pesawat ya banyak masyarakat memanfaatkan momentum mudik ada berwisata ke daerah. Kalau sekarang berbeda mereka justru melakukan perjalan ke luar negeri," terangnya.
Baca Juga: Menko Perekonomian: Harga Tiket Pesawat Naik Karena Duopoli
Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek Yusran menuturkan terjadi penurunan pengunjung. Menurutnya hal tersebut terjadi karena mayoritas pendatang yang memanfaatkan mudik ke kampung halaman.
"Momentum lebaran daerah lain seperti Jakarta tentu lebih rendah," pungkasnya.
Seperti diketahui, kenaikan tiket pesawat terjadi pada maskapai Garuda Indonesia Group dan diikuti dengan Lion Air Group.
Mengingat di Tanah Air hanya ada maskapai tersebut, sehingga masyarakat tak memiliki pilihan lain untuk menggunakan pesawat yang lebih murah.
Jikalau pun ada pesawat murah yakni AirAsia, tak banyak memberikan kontribusi ke sektor lainnya, mengingat AirAsia hanya terbang di sedikit destinasi di Tanah Air.