Suara.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, aksi 22 Mei 2019 akan berdampak negatif bagi perekonomian.
Hal tersebut terbukti dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Pasti menekan pasar keuangan kena imbas pasar keuangan, saham," ujar Piter Abdullah saat dihubungi Suara.com, Rabu (22/5/2019).
Namun, menurut Piter tekanan tersebut tak akan berlangsung lama, tekanan tersebut sifatnya hanya sementara.
Baca Juga: Jurnalis Diancam Pendemo 22 Mei: Lu Dibayar Berapa Sama Jokowi?
Nilai tukar rupiah, transaksi saham, akan kembali lagi seperti semula atau bahkan akan mengalami kenaikan.
Saat ini menurut Piter, para investor masih wait and see hingga kondisi politik tanah air mereda. Barulah investor kembali melakukan aktivitasnya.
"Investor masih menahan, kemarin pas Pemilu menahan, nah sekarang lebih menahan. Mereka membutuhkan kondisi kondusif terlebih dahulu," terangnya.
Untuk diketahui, hingga saat ini tercatat sebanyak enam orang tewas karena kerusuhan di sebagian wilayah Jakarta. Kerusuhan itu buntut dari aksi 22 Mei, Selasa (21/5/2019).
Keenam korban tewas itu berada di Rumah Sakit Tarakan, Rumah Sakit Pelni, Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Angkatan Laut Mintoharjo.
Baca Juga: Jakarta Rusuh 22 Mei, Nilai Tukar Rupiah Anjlok
"Korban sejauh ini ada 6 korban meninggal," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di RS Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).