Suara.com - Pasar saham Indonesia dikabarkan akan makin memburuk setelah capres petahana Joko Widodo (Jokowi) diumumkan sebagai pemenang Pilpres 2019.
Menurut Bloomberg, Selasa (21/5/2019), ketidakstabilan politik dan risiko keamanan menjelang pengumuman hasil Pilpres 2019 bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada pasar saham Indonesia, yang tahun ini kinerjanya sudah menduduki peringkat kedua terburuk di Asia.
Terpantau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 4,6 persen sejak awal 2019. Aksi jual saham pun menjadi tren menurut data neraca perdagangan Indonesia pada April kemarin.
CEO Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul berpendapat, hasil pemungutan suara 17 April lalu akan menambah kekhawatiran.
Baca Juga: Jokowi 2 Periode, Saham Saratoga Langsung Rontok
"Investor masih gelisah," kata Paul. "Bagaimana jika kandidat yang kalah tidak dapat menerima kekalahan? Apa yang terjadi berikutnya? Jadi masalah keamanan dan stabilitas politik akan menyelimuti trading pekan depan."
Prabowo diketahui telah menuding adanya kecurangan dan kongkalikong antara Jokowi, KPU, dan aparat keamanan. Ia lantas memperingatkan kemungkinan dilancarkannya aksi massa untuk memprotes hasil rekapitulasi Pemilu 2019.
Sucorinvest memperkirakan, investor asing akan melepas saham di Indonesia sebesar 300 juta dolar AS atau setara Rp 4,3 triliun pada akhir Mei, setelah saham senilai 251 juta dolar AS atau setara Rp 3,6 triliun dijual bersih investor asing minggu lalu.
Namun demikian, Paul memprediksi bahwa IHSG akan kembali melambung ke level 6.700 pada akhir tahun ini, naik 13 persen dari level saat ini.
Baca Juga: Optimis Laba Tembus Rp 600 Miliar, Saham PPRE Direkomendasikan Beli