Suara.com - Penumpang pesawat udara yang menggunakan Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat berkurang 20 persen imbas mahalnya harga tiket pesawat.
"Rata-rata pergerakan penumpang per hari pada tahun lalu mencapai 11.000 orang dengan 84 penerbangan per hari, saat ini hingga April jumlah penumpang paling banyak hanya sekitar 7.000 hingga 8.000 per hari," kata Executive General Manajer PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Dwi Ananda Wicaksana di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Kamis.
Menurut dia, tidak hanya berdampak pada penurunan jumlah penumpang, kenaikan tiket pesawat juga menyebabkan pendapatan bandara turun sekitar 25 persen dari target yang dicanangkan oleh korporasi.
"Penurunan angka pergerakan tersebut jelas berpengaruh besar terhadap pendapatan Bandara Internasional Minangkabau secara umum," ujarnya.
Baca Juga: Demokrat: Tiket Pesawat Mahal Bukan Kerjaan Presiden, Tugasnya Itu Ngetwit
Menyikapi hal ini, PT Angkasa Pura II sudah melakukan berbagai upaya mulai dari sisi maskapai maupun bersama regulator akan tetapi kenyataannya tidak mudah untuk menghadapi keadaan seperti ini.
Sementara memasuki Mei 2019 yang bertepatan dengan awal Ramadan 1440 Hijriah sebagaimana kebiasaan pada tahun sebelumnya pada dua minggu pertama merupakan musim sepi penumpang, sehingga pergerakan penumpang semakin jauh turun ke angka 4.000 orang per hari.
Untuk rute internasional, sebenarnya cukup terbantu dengan tiga penerbangan regular dengan tingkat keterisian penumpang cukup baik dan adanya beberapa penerbangan khusus umrah.
Ia berharap pada mudik Lebaran tahun ini jumlah penerbangan akan kembali normal sebagaimana tahun lalu sehingga dapat membantu pencapaian pendapatan Bandara Internasional Minangkabau.
Sebelumnya sejumlah pemilik usaha makanan dan minuman di Bandara Internasional Minangkabau merasakan imbas kenaikan harga tiket pesawat ditandai dengan sepinya pembeli.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Naik, Frekuensi Penerbangan Turun 15 Persen
Salah seorang pengelola Rumah Makan Padang di Bandara Minangkabau Risa mengaku sebelumnya ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 7 juta per hari, namun sejak Januari hanya bisa mengantongi Rp 3 juta per hari saja ia sudah syukur.
Akibatnya, restoran Padang yang berada di area pintu keberangkatan penumpangan tersebut mulai mengurangi makanan yang disediakan mengantisipasi tidak terlalu banyak sisa.
"Kami khawatir juga kalau ini terus berlangsung kata bos bisa ditutup karena tidak seimbang pemasukan dengan sewa tempat," kata dia.
Tidak hanya rumah makan Padang, Suci salah seorang karyawan gerai Soto di Bandara Minangkabau juga mengaku pengunjungnya berkurang hingga 30 persen.
"Jika satu hari bisa mencapai 100 orang yang makan, sekarang 70 orang sudah banyak," ucapnya.
Para penyedia jasa kendaraan yakni taksi juga terkena imbas sepinya penumpang. Menurut penjaga konter taksi, sebelumnya dalam sehari ia bisa mendapatkan pesanan 200 taksi. Namun kini paling banyak hanya 100 pesanan saja sehingga mobil lebih banyak berada di poll.
Demikian juga bus pengangkut penumpang menuju stasiun kereta api di bandara tak banyak penumpang yang hendak menggunakan kereta yang bisa diangkut.
Semua pengelola usaha tersebut berharap harga tiket kembali normal sehingga penumpang jadi ramai di bandara. (Antara)