"Kita harus serius memanfaatkan lahan rawa," katanya.
Secara karekteristik, kata Subiksa, lahan rawa memiliki sedimen marin lapisan tanah pirit (FeS2), dan posisi serta konsentrasi pirit bervariasi dan menentukan tipologi lahan.
"Pirit mudah teroksidasi, sehingga menghasilkan lahan dengan reaksi sangat masif. Tapi kalau tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan degradasi lahan rawa, seperti tanah masam yang menyebabkan basa kalsium, magnesium dan kalium tercuci," katanya.
Sementara itu, Bambang Pamuji, Sesditjen Tanaman Pangan, menjelaskan, pihaknya menyediakan bantuan saprodi bagi petani peserta program Serasi. Bantuan ini berupa benih, herbisida, pupuk hayati, dan dolomit.
Baca Juga: Kementan : Alsintan Diberikan untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Bantuan benih dialokasikan 80 kilogram per hektare, dolomit 1.000 kilogram per hektare, herbisida 3 liter per hektare, dan pupuk hayati 25 kilogram per hektare.
Saat ini, PT Polowijo Gosari paling siap memenuhi kebutuhan dolomit di Indonesia dan mendukung kebutuhan dolomit bagi program Serasi. Potensi tambang dolomit yang dimiliki Polowijo sebesar 300 juta ton, dengan produksi dolomit setahun berjumlah 1 juta ton. Produk andalan perusahaan untuk perkebunan sawit adalah Dolomit Premium 100.
Staf Ahli Kementan untuk Bidang Infrastruktur, Profesor Dedi Nursyamsi, optimistis program ini dapat berjalan baik dibandingkan program gambut sejuta hektare, karena lahan rawa aman dari aspek lingkungan dan bahaya kebakaran
Dedi Nursyamsi menambahkan, selama ini, pemerintah sudah memasang target kuat, yakni menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.
"Menurut kami, ada 3 hal yang perlu ditekankan pada pengelolaan rawa. Pertama, infrastruktur, teknologi inovasi dan human resources. Kalau ini bisa dikelola, kami yakin tujuan lumbung pangan dunia akan tercapai," katanya.
Baca Juga: Cetak Sawah Baru, Kerja Sama Kementan dan TNI Terus Dilakukan
Menurut Dedi, program ini tak lepas dari upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan kelahiran penduduk hingga 1,34 persen. Atau dengan kata lain, ada sekitar 3,5 juta yang membutuhkan makan.