Sriyono, Perajin Kain Pantai yang Mendunia dari Sukoharjo

Rabu, 24 April 2019 | 10:04 WIB
Sriyono, Perajin Kain Pantai yang Mendunia dari Sukoharjo
Sriyono, perajin kain pantai dari Sukoharjo, Jawa Tengah. (Dok : LPDB - KUMKM)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sriyono juga menyadari bahwa kemampuannya terbatas, sehingga ia tidak bisa memenuhi seluruh permintaan pasar. Ia pun mengajak masyarakat setempat untuk belajar dan mencoba menekuni bisnis itu.

Soal ilmu, Sriyono dikenal tidak pelit berbagi pada tetangga dan masyarakat. Ia bahkan dikenal sebagai seorang yang jenius, meski hanya lulusan sekolah dasar.

Melalui tangan dinginnya, Sriyono mampu menciptakan bahan atau obat mematikan warna, sehingga warna kain yang dihasilkan tidak luntur. Kain pantai miliknya dikenal sangat berkualitas.

"Saya buat bahan mematikan warna, karena kalau saya beli di toko, mahal, dan kualitasnya juga tak begitu bagus. Lalu saya coba eksperimen. Satu kali dua kali gagal, ketiganya berhasil. Bahannya ternyata sangat sederhana, hanya dengan garam dan soda. Bahan yang saya buat bukan hanya sekadar murah, tapi menurut saya, jauh berkualitas. Kalau dulu beli di toko, sekarang saya bisa lebih hemat Rp 800 ribu untuk per kilogramnya," jelasnya.

Baca Juga: LPDB - KUMKM Terus Genjot Pengalihan Dana Bergulir di Sumbar

Untuk memperkuat bisnisnya, Sriyono kembali mengajukan pinjaman ke BPR Kartasura Makmur dengan jumlah Rp 500 juta. Sebanyak Rp 300 juta untuk beli lahan dan Rp 200 juta untuk beli bahan baku.

Diakuinya, untuk mengelola bisnis kain pantai diperlukan lahan yang luas di area persawahan agar bisa menjemur kain yang sudah diberikan pewarna. Kini seiring dengan berjalannya waktu, usaha Sriyono meningkat.

Lelaki berusia 60 tahun ini sudah memiliki tanah 5.000 meter untuk dijadikan tempat usaha.

"Dalam sehari kita bisa menghasilkan 4.000 potong kain. Itu pun kita belum bisa memenuhi semua permintaan pasar, karena produksi kain pantai juga dikirim ke Brazil, Argentina, Malaysia, Filipina, dan China. Untuk nasional, kita juga kirim ke pasar Tanah Abang Jakarta dan Bali. Yang pasti, produksi kain pantai Krajan paling banyak di dunia. Pekalongan dan Yogyakarta sekarang sudah kalah, larinya pada ke sini," tandasnya.

Makmur Bersama UMKM
Kesuksesan Sriyono tak lepas dari peran BPR Kartasura Makmur dan LPDB - KUMKM. Menurut Indrayani Pribadi, Direktur Utama BPR Kartasura Makmur, kerja sama dengan LPDB - KUMKM berperan besar dalam meningkatkan performa bank yang dikelolanya.

Baca Juga: LPDB - KUMKM dan UKM Center UI Ukur Manfaat Dana Bergulir

Masyarakat semakin banyak yang mengajukan pinjaman bunga lunak ke BPR Kartasura Makmur. Jika menggunakan program reguler, bunganya bisa mencapai 1,2 persen, namun di LPDB bunganya 0,85 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI