Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Maret 2019 alami surplus 540 juta dolar AS atau setara Rp 7,61 triliun. Surplus ini karena ekspor pada Maret lebih tinggi dibanding impor.
Namun, secara kumulatif dari Januari-Maret 2019 neraca perdagangan masih defisit sebesar 40,51 miliar dolar AS atau menurun 8,50 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.
Menanggapi surplusnya neraca perdagangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut neraca perdagangan sedang dalam tren yang baik, meskipun secara akumulatif neraca perdagangan masih defisit.
Pasalnya, kata dia, selama dua bulan berturut-turut, neraca perdagangan alami surplus. Pada Februari 2019 neraca perdagangan juga alami surplus 330 juta dolar AS.
Baca Juga: TKN: Tak Ada Agenda Jokowi Ketemu Rizieq di Arab Saudi
"Itu (neraca perdagangan) kan bulan Januari defisitnya. Februari-Maret dia surplus kan. Artinya tendensinya (surplus). Jangan cuma lihat akumulasinya," kata Darmin saat ditemui usai menghadiri Indonesia Industri Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Senin (15/4/2019).
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menambahkan, semakin bagusnya tren neraca perdagangan berimbas pada makin turunnya defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Kendati demikian, Darmin tak mau berspekulasi berapa penurunan CAD. Data Bank Indonesia, pada tahun 2018, CAD Indonesia sebesar 31,1 miliar dolar AS atau setara dengan 2,98 persen dari PDB (produk domestik bruto).
"Tentu saja CAD-nya itu tinggal lihat jasanya dan beberapa aspek mengenai arus modal," tutup dia
Baca Juga: Pemilu 2019, Menhan: Rp 25 Triliun Untuk Pemilu Bukan Marah - marahan