Kementan : Petani Daerah harus Paham soal Layanan Jasa Mesin Pertanian

Jum'at, 05 April 2019 | 08:21 WIB
Kementan : Petani Daerah harus Paham soal Layanan Jasa Mesin Pertanian
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy. (Dok : Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Bila demikian, maka UPJA tidak layak dibentuk di wilayah tersebut," tambahnya.

 Untuk wilayah pertanian dengan tipolagi lahan yang tidak sesuai dengan operasional alsintan, maka alat pertanian tidak perlu digunakan. Tanpa penggunaan alsintan, maka UPJA pun tidak dibutuhkan. 

"Oleh karena itu, penting bagi setiap wilayah untuk memperhatikan faktor potensi lahan garapan dan rasio kebutuhan alsintan dalam pertimbangan pembentukan UPJA ini," kata Sarwo Edhy.

Pembentukan UPJA bisa dilakukan melalui musyawarah di tingkat desa atau kecamatan yang dilakukan oleh tokoh setempat bersama para petani di wilayah yang bersangkutan. Jika hasil musyawarah menunjukkan bahwa UPJA dibutuhkan, maka selanjutnya akan disusun struktur kepengurusan UPJA. 

Baca Juga: Kementan Prihatin Penggunaan Pestisida Ilegal Ditemukan di Brebes

"Modal awal UPJA untuk penyediaan alsintan sendiri bisa diperoleh melalui swadaya UPJA ataupun bantuan dari pemerintah," tambahnya.

Setelah UPJA dibentuk, sasaran utamanya adalah bagi para petani yang menjadi anggota UPJA. Adapun upah operator, biaya sewa, hingga cara pembayaran, ditentukan sesuai kesepakatan bersama dengan prinsip saling menguntungkan.

Untuk mengoptimalkan manfaat UPJA, para pengurus UPJA perlu meningkatkan kemampuan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, baik melalui pelatihan mandiri, ataupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.

Hingga kini, kementerian di bawah pimpinan Amran Sulaiman ini telah menggelontorkan lebih dari 300 ribu unit alsintan ke seluruh pelosok Nusantara. Para petani pun mengaku merasakan manfaat atas bantuan alsintan dari Kementan.

Tidak hanya mempercepat pengolahan lahan, UPJA juga mampu menekan biaya pengolahan lahan hingga 90 persen.

Baca Juga: Kementan Lepas Ekspor Perdana Jagung ke Korea Selatan

"Sebagai perbandingan, diperlukan biaya Rp 1 juta tiap 1.000 meter persegi lahan jika mengunakan cangkul. Sementara itu, hanya perlu 4 liter solar dan ongkos operator Rp 50 ribu menggunakan kombinasi handtaktor dan cultivator," jelas Sarwo Edhy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI