Kementan Lepas Ekspor Perdana Jagung ke Korea Selatan

Sabtu, 30 Maret 2019 | 11:37 WIB
Kementan Lepas Ekspor Perdana Jagung ke Korea Selatan
Kementan melepas pengiriman perdana jagung rendah aflatoksin (substitusi impor) dari Koperasi Dinamika Juara Agrobisnis ke PT Greenfields Surabaya, dan melepas ekspor corn cobs (janggel jagung) ke Korea Selatan. (Dok : Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP), Gatut Sumbogodjati, melepas pengiriman perdana jagung rendah aflatoksin (substitusi impor) dari Koperasi Dinamika Juara Agrobisnis ke PT Greenfields Surabaya, dan melepas ekspor corn cobs (janggel jagung) ke Korea Selatan. Pelepasan dilakukan bersama Wakil Bupati Lombok Timur di gudang Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis, Kamis (28/3/2019).

Gatut dalam sambutannya memaparkan, jagung merupakan komoditas strategis utama terpenting setelah padi. Jagung juga merupakan salah satu komoditas tanaman palawija utama di Indonesia, yang kegunaannya relatif luas, terutama untuk konsumsi manusia dan kebutuhan bahan pakan ternak.  

"Berdasarkan data ARAM I (Angka Ramalan), produksi jagung Indonesia pada 2018 mencapai 30,56 juta ton, dengan luas lahan panen 5,73 juta hektare. Produktivitas jagung nasional tahun lalu mencapai 52,41 kuintal per hektare. Total produksi jagung nasional, di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada ARAM I, mencapai 2.058 juta ton, dengan luas lahan panen 306.000 hektare. Dari Total produksi tersebut, kebutuhan pakan peternak dalam negeri dipekirakan 2,92 juta ton per tahun," ujar Gatut.

Ia menambahkan, meningkatnya produksi jagung dalam negeri membuat petani jagung semakin bergairah melakukan usaha budi daya jagung. Namun lonjakan produksi jagung nasional tenyata masih belum dimbangi dengan peningkatan kualitas atau mutu, karena kadar aflatoksinnya masih tinggi.

Baca Juga: Kementan Dorong Sarolangun Kembangkan Pertanian Berbasis Kawasan

"Memproduksi jagung rendah aflatoksin perlu penanganan khusus, mulai dari budi daya, penanganan pasca-panen sampai distribusi kepada peternak. Selain itu perlu insentif harga yang memadai," ujar Gatut.

"Jagung rendah aflatoksin digunakan sebagai bahan pakan sapi perah, agar dapat menghasilkan susu segar dengan persyaratan flatoksin maksimal 0,5 ppb," lanjutnya.

Kebutuhan jagung rendah aflatoksin (di bawah 20 ppb) di dalam negeri diperkirakan mencapai 15.000 ton per tahun. Hal ini telah mendorong Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis untuk berinovasi, sehingga mampu menyediakan jagung rendah aflatoksin dengan kapasitas produksi 30 ton per hari.

"Kemampuan Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis untuk menyediakan jagung rendah aflatoksin yang dibutuhkan oleh industri, seperti PT. Greenfilds, patut kita dukung dan kita dorong untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga mampu mensuplai kebutuhan industri dalam negeri," ujar Gatut.

Selain menghasilkan jagung rendah aflatoksin, Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis juga telah mampu meningkatkan nilai tambah dengan inovasinya untuk menghasilkan corn cob (janggel).

Baca Juga: Lewat Santri Tani Milenial, Kementan Kembangkan Pertanian Sumenep

Janggel merupakan produk samping produksi jagung rendah aflatoksi dengan pemipilan tersentralisasi yang menggunakan corn sheller, serta diolah dalam bentuk compact dan digunakan sebagai salah satu media untuk budi daya jamur merang. Korsel telah minta janggel sebanyak 300 ton per bulan, namun Koperasi NA baru bisa merealisasikan 150 ton, dan sisanya 150 ton dalam tahap produksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI