Suara.com - Masih tingginya harga tiket pesawat memang sangat membuat jengkel masyarakat. Salah satunya, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri yang mendapat pengalaman buruk saat membeli tiket pesawat.
Pengalaman buruk ini terjadi pada saat Faisal Basri ingin mengajar di Pontianak, Kalimantan Barat pada bulan lalu.
Pada saat itu, Faisal tidak mendapatkan tiket kelas ekonomi Garuda Indonesia, sehingga dia membeli kelas bisnis.
Namun dia terkejut dengan harga tiketnya yang sebesar Rp 9 juta.
Baca Juga: Tiket Pesawat Mahal, Luhut dan Menhub Murka ke Garuda Indonesia
"Saya merasa terzalimi, saya mengajar ke Pontianak, pulang balik, beberapa jauh hari pesan ekonomi habis, terpaksa saya pesan bisnis Rp 9 juta, padahal alokasi dana tiket saya hanya Rp 2,7 juta," kata Faisal Basri kepada Suara.com.
Kemudian, setelah membayar dengan harga mahal tersebut, Faisal juga mengeluhkan pelayanan di lounge Garuda Indonesia yang berada di Bandara Soekarno-Hatta.
Menurut dia, pelayanan di lounge Garuda Indonesia, semrawut dan tidak dibedakan mana penumpang bisnis dan kelas ekonomi.
"Ini setelah pergantian dirut, poinnya susah buat siapa pun jadi CEO kalau sering diganti, belum menerapkan manajemen baru. Ini sudah keterlaluan, bulan sebelumnya dapat ekonomi yang paling mahal Rp 3,9 juta, nombok lagi," tutur dia.
"Kemudian jadwal penerbangan suka-suka, misalnya jamnya digabung, tapi dikasih tahu sehari sebelumnya, ini jadi semena-mena," Faisal menambahkan.
Baca Juga: Tiket Pesawat Naik 166 Persen, Pariwisata Pulau Bangka Anjlok
Maka dari itu, Faisal menilai, klaim maskapai Garuda Indonesia yang telah menurunkan harga tiket pesawat adalah kabar burung belaka.
Buktinya, saat ini tarif tiket pesawat masih terbilang tinggi seperti apa yang dirasakannya.
"Buktinya apa, bohong itu turunkan apa, enggak ada bohong itu. Ya mereka main diturunkan 10 seat pertama, selebihnya mahal," pungkasnya.