Hanya Tiket AirAsia yang Murah, PHRI: Lion dan Garuda Jelas Kartel

Senin, 25 Maret 2019 | 20:28 WIB
Hanya Tiket AirAsia yang Murah, PHRI: Lion dan Garuda Jelas Kartel
Ilustrasi pesawat AirAsia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengusaha yang tergabung dalam Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) terkena dampak tingginya tarif tiket pesawat. Salah satunya, penurunan tingkat isian atau okupansi hotel.

Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, penurunan okupansi hotel mencapai 30 persen. Kondisi itu terjadi sejak Januari hingga Maret 2019 ini.

"Kalau dibandingkan tahun lalu, penurunannya sampai 30 persen," kata Hariyadi saat dihubungi, Senin (25/3/2019).

Hariyadi menuturkan, memang saat ini dalam kondisi sepi penumpang dan pengunjung atau low season. Akan tetapi, biasanya dalam kondisi low season ini para maskapai memberikan tarif promo kepada penumpang.

Baca Juga: Tiket Pesawat Mahal, Para Pengusaha Perjalanan Wisata Teriak Usaha Sepi

Sehingga para penumpang pesawat yang ingin berwisata tetap melakukan perjalanannya tanpa khawatir dengan tingginya tarif tiket pesawat.

"Ini memang saya enggak ngerti maskapai penerbangan ini dimana-mana low season itu berikan promo, tapi ini malah naik," jelas dia.

Atas hal ini, Hariyadi pun mendesak agar pemerintah melihat permasalahan ini lebih dalam lagi. Pasalnya, komponen yang menyebabkan tarif pesawat tinggi sudah diturunkan.

"Upaya mendesak pemerintah melihat secara dalam, karena Pertamina sudah menurunkan avtur, tapi ini malah masih tinggi tiketnya, tapi kenapa AirAsia enggak naik," ucap dia.

Lebih jauh, Hariyadi pun menduga ada kartel yang bermain di tiket pesawat ini.

Baca Juga: Tiket Pesawat Naik 166 Persen, Pariwisata Pulau Bangka Anjlok

"Kalau kayak gitu ada kartel. Garuda dan Lion kartel jelas kartel. Saya bilang pemerintah harus mengizinkan maskapai regional untuk membuka rute di Indonesia, bisa AirAsia, Jetstar, Scoot. Karena ini enggak mempan, kalau dia berdua tapi berani seperti itu ini merugikan kepentingan nasional," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI