Suara.com - Masih tingginya tarif tiket pesawat tak hanya membuat jengkel para calon penumpang. Akan tetapi, para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) juga mengeluhkan tarif pesawat yang masih tinggi.
Ketua Umum ASITA, Nunung Rusmiati mengatakan, tarif pesawat yang tinggi berdampak besar pada bisnis perjalanan wisata. Terutama pada pendapatan perusahaan industri pariwisata yang mengalami penurunan.
"Harga tiket pesawat yang masih tinggi, ini sangat berdampak sekali bagi pelaku usaha travel. Pastinya penurunan pendapatan. Ya sekitar 30-40 persen," katanya saat dihubungi, Senin (25/3/2019).
Menurut Nunung, saat ini masyarakat juga telah beralih ke moda transportasi lain. Hal ini bisa dilihat dari sepinya peminat atau penerbitan tiket pesawat.
Baca Juga: DPR: Kartel Tiket Pesawat Bisa Dihentikan Pemerintah
"Peminat atau penerbitan tiket sangat berkurang dan menurun, banyak beralih ke moda transportasi darat seperti kereta," jelas dia.
Sebelumnya, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, semakin tinggi penguasaan pasar oleh Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group di industri transportasi penerbangan, maka kedua maskapai terbesar tersebut pun bisa bebas menentukan penjualan harga tiketnya.
Adapun tingkat penguasaan pasar industri transportasi penerbangan yang dikuasai oleh dua maskapai tersebut mencapai 96 persen.
"Saat menaikan dan menurunkan harga tiket, mereka bisa bersepakat. Diduga ada kartel antara keduanya," katanya.
Nailul menduga, pihak Lion dan Garuda bersepakat untuk bersama-sama menaikan harga tiket hingga mengorbankan masyarakat umum sebagai pengguna.
Baca Juga: Tiket Pesawat Naik 166 Persen, Pariwisata Pulau Bangka Anjlok
"Permasalahan utama ya dugaan kartel dua grup besar, Garuda Indonesia dan Lion Grup," tegasnya.