Suara.com - Para petani di berbagai daerah di Indonesia mengklaim bahwa kondisi sektor produksi pertanian saat ini semakin meningkat setiap tahunnya. Hasil produksi dilapangan hingga saat ini terbukti sangat memuaskan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Wakil Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu, Jawa Barat, Sutatang, menuturkan, setiap tahun, hasil produksi pertanian di wilayahnya terus meningkat. Sejumlah petani pun mengakui hal yang sama.
Sutatang menyebut, berdasarkan fakta di lapangan dan data riil baru-baru ini, hasil padi untuk gabah kering panen (GKP) di Indramayu mampu mencapai 7,8 ton per hektare.
"Setiap tahun, sektor dan produksi pertanian di sini semakin bagus, hasilnya mencukupi, tidak ada hama lagi dan masalah kekurangan air yang selama ini kerap terjadi oleh Kementan sudah bisa diantisipasi," ujarnya, saat dimintai keterangan, Jakarta, Sabtu (16/3/2019).
Baca Juga: Dukung Nawa Cita, Kementan Gencar Cetak Lahan Sawah Baru
Ia menambahkan, harga di tingkat petani, sejauh ini dirasakan adil dan tidak bermasalah. Misalnya gabah dan beras, masih sesuai standarisasi rata-rata harga pembelian pemerintah (HPP).
Khusus di Indramayu, Sutatang mengungkapkan, untuk gabah dihargai di kisaran senilai Rp 4 ribu sampai Rp 4500 per kilogram.
"Harga gabah dan beras masih bagus secara HPP. Pada April, kita juga akan panen raya. Relatif di Indramayu tidak ada keluhan dari petaninya," ucapnya.
Kerja sama yang dibangun bersama pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan), memberikan manfaat besar. Selama ini Kementan dinilai menaruh perhatian utama kepada petani, agar tingkat produksinya terus tumbuh dan otomatis ikut mendorong kesejahteraan mereka juga.
Ia menambahkan, infrastruktur pertanian maupun kebutuhan benih, alat mesin pertanian (alsintan) telah cukup. Begitu juga untuk peternakan, salah satunya mengenai penggemukan hewan.
Baca Juga: Panen Jagung, Kementan Gandeng Peternak Serap Jagung Petani
"Kementan secara intensif melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para peternak mitra,” jelasnya.
Berdasarkan sajian fakta dan data kondisi di lapangan, Sutatang mengimbau, jangan sampai ada yang mengaku sebagai petani Indramayu, tapi mengabarkan keburukan sektor pertanian di wilayahnya.
"Petani dan pertanian ini kan isu yang menarik buat dipelintir untuk kepentingan tertentu. Padahal kenyataannya berbanding terbalik. Sebaiknya mereka turun ke lapangan. Petani yang protes harus berbasis data objektif," ujar Sutatang.
Di tempat terpisah, Ketua Umum KTNA Lampung Timur, Praptowo, mengungkapkan, selama ini harga produksi berbagai komoditas pertanian masih adil dan sesuai dengan sarana produksi.
"Kementan, hingga kini masih menyerap aspirasi petani di Lampung Timur. Kementan masih mengikuti kemauan petani untuk memperoleh hasil terbaik," kata Praptowo.
Harga padi, Praptowo menilai, sejauh ini amat cukup. Harga rata-rata dipatok di angka kisaran Rp 4.300 sampai Rp 5.000 per kilogram.
Untuk harga jagung antara Rp3.700 hingga Rp4.500 per kilogram. Praptowo mengatakan, pembelian jagung dengan harga Rp 3.500 per kilogram saja sudah membuat petani untung berlimpah.
"Makanya di Lampung Timur barusan saja, panen jagung dapat 13 ton per hektare. Dulu biasanya 8 sampai 10 ton per hektare panen jagung. Ini peningkatan luar biasa," ujar Praptowo.
Ia menambahkan, dengan produksi panen jagung hingga 13 ton per hektare, maka memberikan dampak kesejahteraan yang tinggi terhadap petani.
"Coba cerna saja, panen 1 hektare jagung saja bisa setara untung Rp 50 juta. Itu dari mulai tanam sampai panennya," kata Praptowo.
Praptowo menuturkan, soal distribusi alsintan, pupuk organik, benih serta infrastruktur juga nyata diwujudkan Kementan terhadap petani Lampung Timur.