Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah fokus mencetak sumber daya manusia pertanian yang mampu berproduksi secara modern dan berorientasi ekspor. Setidaknya ada 11.325 petani dari pelosok Bali yang siap menjadi pahlawan pangan di era milenial, dengan menjadi bagian dari gerakan nasional satu juta petani mileinial di Indonesia.
Gerakan ini diharapkan dapat melahirkan generasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan mampu mendorong mewujudkan Indonesia lumbung pangan dunia 2045. Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementan, Syukur Iwantoro, saat menyapa 453 pewakilan Gabungan Kelompok Tani yang hadir dalam Pencanangan Gerakan Petani Milenial Provinsi Bali di Bagus Agro Pelaga, Kabupaten Badung, Bali.
“Kegiatan ini merupakan bentuk implementasi salah satu program prioritas pemerintah dalam hal peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia. Gerakan petani milenial ini diharapkan dapat mengubah pola pikir dan meningkatkan kapasitas petani ke arah yang lebih modern, meski tidak berada dalam range umur 19 - 39 tahun," ujarnya.
Pengelolaan sistem pertanian dengan teknologi modern, tambahnya, merupakan wajah pertanian masa kini yang harus dibentuk karena dipercaya mampu menarik dan menjaga minat generasi muda terhadap sektor agraris.
Baca Juga: Kementan - Perteta Bangun Gudang Alsintan di 5 Lokasi di Indonesia
“Tiga tahun terakhir ini, selain menerapkan berbagai kebijakan dan program terobosan, Bapak Amran, Menteri Pertanian kita, juga telah membagikan ribuan alat mesin pertanian hingga bibit unggul ke petani seluruh Indonesia” ungkap Syukur.
Hasilnya, lanjut Syukur, gambaran sektor pertanian Indonesia saat ini semakin membanggakan, tidak hanya mampu menekan inflasi pangan hingga menyentuh angka 1,26 persen pada 2017, tetapi sektor pertanian juga mampu menghasilkan peningkatan ekspornya hingga Rp 416 triliun dan investasi pertanian hingga Rp 61,6 triliun pada 2018.
“Apresiasi tinggi terhadap Provinsi Bali yang memiliki andil besar, sehingga capaian tersebut terwujud. Inflasi pangan provinsi Bali 2017 minus 0,7 persen. Artinya, lebih kecil dari 1 persen, itu namanya deflasi. Indikatornya, harga pangan stabil. Kalau kita simak lagi, volume ekspor di Provinsi Bali selama empat tahun naik 199,4 persen, dan 75 persen dari perkebunan, termasuk kopi,” terang Syukur.
Ia berharap, capaian tersebut dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan. Salah satunya melalui gerakan petani milenial ini.
Semangat milineal yang dianggap fasih mengadopsi teknologi dalam beragam aspek bisnis diprediksi akan membawa pembaruan dalam pembangunan pertanian ke depan.
Baca Juga: Kementan: Bantuan Mesin Pertanian Mampu Tekan Biaya Operasional Petani
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana, menyambut baik gerakan petani milenial yang dicanangkan di Bali. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pendorong pembangunan bidang ekonomi di Bali.
Pembangunan pertanian, di samping diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan, dan memacu pertumbuhan perekonomian daerah, juga berperan penting dalam penyediaan lapangan kerja.
“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan ini, mengingat luas lahan pertanian di Bali mecapai 353.000 hektare lebih, atau 62,7 persen dari luas Pulau Bali. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Bali juga masih bertumpu pada sektor pertanian,” paparnya, mewakili Gubernur Bali.
Sambutan positif atas hadirnya gerakan petani milineal ini datang dari seorang sarjana lulusan pariwisata yang memilih menjadi petani, Kadek Kamardiyana, yang saat ini tengah mengembangkan pertanian dengan konsep pariwisata di Kabupaten Gianyar bersama dengan kelompok tani bernama Mai Organik. Ia fokus pada tanaman hortikultura.
“Ini salah satu cara pemanfaatan potensi generasi muda dalam pembangunan pertanian. Gerakan ini sangat bagus dalam meregenerasi petani, karena mereka perlu diedukasi dengan teknologi sehingga pengolahan lahan pertanian tidak stagnan. Saya berharap semakin banyak generasi muda yang mau terjun ke dunia pertanian,” ujarnya.
Selain diberi bantuan berupa sarana produksi, bibit/benih, pupuk dan alat mesin pertanian, Kementan, melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan juga memberikan bimbingan teknis terkait teknologi pertanian dan pengelolaan usaha tani. Edukasi ini diharapkan dapat mentransformasi sektor pertanian ke arah yang lebih kekinian.