Suara.com - Saat memasuki Pasar Tanah Abang Blok G, nampak terlihat sedikit pengunjung di area lantai dasar. Bahkan sejumlah toko terlihat tutup.
Mulai dari toko souvenir, toko pakaian, sampai kebutuhan pokok terlihat sepi. Naik ke lantai satu, hanya terlihat beberapa toko buka.
Naik lagi ke lantai dua dan tiga, banyak toko yang tutup dan tidak terlihat aktifitas. Beberapa fasilitas seperti eskalator mati.
Putra salah satu pedagang sprei di Blok G menjelaskan, untuk mengakali sepinya pembeli ia mencoba peruntungan dengan menjual dagangannya di aplikasi belanja online.
Baca Juga: Polisi Memburu 3 Orang Biang Kerok Kerusuhan PKL Tanah Abang
"Saya jualan juga di online sudah hampir setahun ini hasilnya lumayan dari pada di toko," ujar Putra saat ditemui Suara.com, Jumat (8/3/2019).
Menurutnya, omzet dari penjualan melalui aplikasi belanja online cukup lumayan. Ia mampu menjual dua sampai tiga sprei dalam sehari.
Menurutnya, Pasar Tanah Abang Blok G mulai sepi sejak tahun 2014. Beberapa pedagang terlihat menutup tokonya karena sepinya pengunjung.
Untuk ditokonya sendiri, Putra sudah memiliki langganan tersendiri mulai dari tukang kredit dan pedagang pasar di sekitar Jakarta.
Ia mengaku baru bisa menjual 5-10 sprei untuk satu tukang kredit perbulannya.
Baca Juga: Provokator Ricuh PKL Tanah Abang Tertangkap
Biasanya langganannya membeli sprei perkodi dengan harga Rp 1,8 juta. Penjualan sprei menurutnya tidak berpengaruh saat hari-hari besar.