Banyak Impor buat Infrastruktur, Neraca Perdagangan RI Defisit

Reza Gunadha | Achmad Fauzi
Banyak Impor buat Infrastruktur, Neraca Perdagangan RI Defisit
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan dalam diskusi di Hotel JS Luwansa, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019). [Suara.com/Achmad Fauzi]

Oke melanjutkan, bahan modal itu, tidak hanya digunakan untuk infrastruktur tetapi juga untuk bahan baku pertambangan.

Suara.com - Neraca perdagangan yang defisit masih menghantui Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Januari 2019, neraca perdagangan masih defisit USD 1,16 miliar. Artinya, Indonesia masih banyak melakukan impor dibandingkan ekspor. 

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, defisitnya neraca perdagangan itu disebabkan oleh pembangunan infrastruktur.

Karena, bahan pembangunan infrastruktur tidak semuanya tersedia di Indonesia, sehingga harus mengimpor untuk kelanjutan pembangunan, semisal besi dan baja.

"Kenaikan impornya adalah untuk barang modal dan barang penolong. Barang konsumsi sekitar 8 persen. Itu konsekuensi pembangunan infrastruktur," ujar Oke Nurwan dalam diskusi di Hotel JS Luwansa, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan RI Mulai Kehabisan 'Bahan Bakar'

Oke menuturkan, impor barang modal untuk pembangunan infrastruktur itu berbanding terbalik dengan impor bahan konsumsi.

Dia memaparkan, impor bahan modal dan bahan baku penolong masing-masing mencapai 20 persen dan 70 persen, tetapi impor bahan konsumsi hanya 8 persen.

Oke melanjutkan, bahan modal itu, tidak hanya digunakan untuk infrastruktur tetapi juga untuk bahan baku pertambangan.

"Jadi untuk penuhi kebutuhan dalam negeri dalam rangka pembangunan infrastruktur, pertambangan dan industri seperti alat berat dan permesinan," ucapnya.

Selain itu, Oke menambahkan, defisitnya neraca perdagangan juga masih karena impor minyak dan gas (migas).

Baca Juga: Tembus Rp16.000, Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Terkapar Lemah Lawan Dolar AS

"Terjadi lonjakan defisit migas karena penurunan produksi minyak dalam negeri, impor solar untuk industri, dan dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia.”