Suara.com - Pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bakal melawan Uni Eropa. Pasalnya, minyak kelapa sawit tidak lolos pasar Uni Eropa.
Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono mengatakan, tidak lolosnya minyak kelapa sawit Indonesia karena uni eropa membuat kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II).
Dalam kebijakan itu, Uni Eropa menganggap kelapa sawit sebagai tanaman berisiko tinggi terhadap deforestasi. Sehingga, minyak kelapa sawit Indonesia sulit masuk ke pasar Uni Eropa.
"Kita fight lah. kan di postpone 2030. kan ada berbagai regulasi dan termasuk kan ini baru semacam draft studi. tapi pas ini disetujui kan jadi dasar. kita harus kompak untuk bilang nggak setuju," ujar Joko saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta Pusat, Selasa (26/2/2019).
Baca Juga: Buruh Kelapa Sawit Dibunuh, Leher Digorok Nyaris Putus
Meski begitu, Joko bakal menyiapkan strategi terlebih dahulu untuk melawan kebijakan Uni Eropa tersebut. Dalam hal ini, kata Joko, para pengusaha akan berkoordinasi dengan pemerintah.
"Kami perlu formulasikan nanti dengan berbagai pihak supaya bisa kita ini nanti. Sebagai respon Indonesia yang tidak menyatakan tidak setuju dan kami juga harus siap-siap jika nanti terjadi dispute bagaimana kami menghadapinya," jelas dia.
Joko menambahkan, pasar minyak ekpor kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa sangat besar. Sehingga, jika memang minyak kelapa sawit ditolak masuk maka dampaknya akan besar bagi industri kelapa sawit di Indonesia.
"Pasar kita cukup besar. meskipun beberapa tahun ini turun. tapi kan kita bisa masuk dalam biodiesel atau CPO lalu mereka orang. dampaknya jadi sangat penting," pungkas dia.
Baca Juga: Pendekatan Kreatif Dengan Games Kelapa Sawit