Upaya lain yang juga sedang dilakukan Kementan adalah turun langsung ke lapangan dan mengimbau seluruh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), agar terus memaksimalkan mesin pengering/dryer bantuan pemerintah, sehingga jagung hasil panen dapat disimpan 2-3 bulan ke depan.
"Jika petani melakukan pengeringan jagung saat panen raya, maka pasokan jagung di pasar tidak oversupply, sehingga harga tidak akan jatuh. Pengeringan dan penyimpanan serta penjualan jagung di luar periode panen raya dapat menaikkan harga jual jagung petani dan menambah pasokan jagung di luar panen raya," katanya.
Meski demikian, kata Gatot, managemen pasca panen dan pengolahan hasil juga perlu direspons Perum Bulog, mulai dari penyerapan saat panen, pengolahan, penyimpanan, hingga pemasaran jagung.
"Melalui cara ini, harga jagung akan stabil. Saya dengar, GPMT juga menyambut baik permintaan kami dan mau berkomitmen akan menyerap jagung dari petani hingga 1 juta ton per bulan secara cepat," katanya.
Baca Juga: Tingkatkan Infrastruktur Pertanian, Kementan Perkuat Program Padat Karya
Sementara itu, Kasubdit Direktorat PPHTP Kementerian Pertanian (Kementan), Mochammad Amir meminta para penyebar informasi bohong, yang mengatakan harga jagung tinggi akan dicek dengan turun secara langsung dan menanyakan ke petani di sejumlah sentra produksi.
"Coba sekali-sekali turunlah ke lapangan. Tanyakan ke petani langsung di Playen dan Semin di Gunung Kidul, bagaimana kondisi harga saat ini, terutama sebelum dan sesudah panen raya ini. Jangan hanya bicara berdasarkan informasi yang tidak jelas dan syarat pesan impor," kata dia.
Amir berharap, peran GPMT dalam menyerap jagung petani bisa dibuktikan dan dilakukan secara cepat, supaya harga tetap stabil.
"Bukan malah berkoar-koar tanpa data. Ini sangat ironis, karena GPMT seharusnya jadi mitra petani, bukan justru mendistruksi hubungan mutualistik itu. Seharusnya Sudirman selaku Dewan Pembina GPMT mendukung upaya tersebut, bukan malah memberikan pernyataan yang kontroversial," pungkasnya.
Baca Juga: Kementan: Ekspor Melati dari Jawa Tengah Capai Rp 200 Miliar Lebih