Suara.com - Indonesia masih belum bisa terlepas dari kebiasaan melakukan impor jagung dalam waktu dekat ini. Pasalnya, produksi dalam negeri belum mencukupi untuk konsumsi masyarakat maupun pakan ternak.
Peneliti Visi Tekiti Saksama, Nanug Pratomo mengatakan, lebih dari 10 tahun ke depan Indonesia masih akan mengimpor jagung.
"Saya mengutip salah satu studi, kita lihat hasil proyeksi menunjukan hingga mendekati 2029-2030 masih terjadi defisit produksi dibandingkan permintaan," kata dia dalam sebuah diskusi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).
Menurut Nanug, kebutuhan jagung dalam negeri tiap tahun meningkat terutama untuk pakan ternak.
Baca Juga: Impor Jagung Ditekan, Keran Impor Gandum Justru Membludak
Berdasarkan statistik pertanian, konsumsi jagung untuk pakan ternak pada tahun 2015 sebesar 3,71 juta ton, jumlah itu naik pada 2016 yang konsumsinya sebesar 3,68 juta ton.
Sedangkan, pada tahun 2017 konsumsi jagung untuk pakan ternak kembali naik tajam sebesar 4,69 juta ton.
"Penggunaan jagung untuk industri pakan jadi sangat penting. Tapi apakah benar kalau kita swasembada jagung bisa penuhi industri pakan," imbuhnya.
Maka dari itu, Nanug menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jagung dalam negeri, solusi jangka pendeknya ialah melakukan impor jagung.
"Selama produksi jagung belum bisa penuhi secara full untuk pakan, impor jagung masih dibutuhkan paling tidak untuk jangka pendek," pungkas dia.
Baca Juga: Jokowi Sebut Impor Jagung Turun, Mendag : Betul Itu