"Harga bahan baku sekarang mahal, sementara harga penjualan barang tetap, tidak ada kenaikan," jelasnya.
Pria 38 tahun ini mengakui, permintaan barang untuk diproduksi dari pelanggannya setahun belakangan berkurang. Menurutnya karena daya beli masyarakat melemah.
"Permintaan barang dari daerah berkurang sekitar 20 persen belakangan ini. Karena daya beli masyarakat di daerah melemah," kata dia.
Deki memiliki 9 pekerja di konfeksinya. Dalam sepekan, ia bisa memproduksi sedikitnya 4.000 helai hijab pesanan pelanggan.
Baca Juga: 'Bis Kota', Melawan Kopi Saset dari Utara Jakarta
Namun kekinian, pekerjanya tinggal 5 orang sehingga tingkat produksinya juga berkurang. Salah satu faktornya adalah karena harga bahan baku naik, sementara harga produknya tetap.
"Saya berharap harga bahan baku tidak naik tahun ini," pintanya, sedangkan bisnis fesyen muslim terus berkembang.
Pindah Online
Bagi para pedagang yang memunyai kios, gempuran pebisnis online menjadi problem. Mau tak mau, pola berdagang mereka juga mulai bergeser, dari yang mengandalkan bertatap muka langsung untuk transaksi jual beli, beralih ke online.
Nando misalnya, mengakui kekinian ia sudah jarang bertemu pelanggannya dari berbagai daerah. Meski setiap Senin dan Kamis, saat hari 'Pasar', masih banyak pelanggannya yang datang ke toko untuk belanja.
Baca Juga: Kaum Muda yang Memilih Cadar di Era Terorisme
"Sekarang pelanggan saya lebih banyak belanja secara online. Jadi sekarang saya cukup kirim foto contoh produk via WhatsApp, nanti setelah deal, barang dikirim via paket ekspedisi atau kargo," tutur dia.