Capres Umbar Janji Anti Impor, Mantan Wamendag : Tidak Realistis

Kamis, 14 Februari 2019 | 14:54 WIB
Capres Umbar Janji Anti Impor, Mantan Wamendag : Tidak Realistis
Pengamat Pangan dan Pertanian IPB Bayu Krisnamurthi. (Suara.com/Achmad Fauzi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden akan kembali digelar untuk kedua kalinya pada 17 Februari 2019 mendatang.

Tema yang akan diusung dalam debat tersebut diantaranya soal energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Khusus untuk pangan, banyak isu yang menyeruak ke masyarakat. Salah satunya yakni impor pangan.

Kandidat Capres - Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo - Sandiaga menjanjikan jika terpilih bakal meniadakan impor pangan.

Baca Juga: CEK FAKTA: Setelah Jadi Wapres, Ma'ruf Amin Mundur dan Diganti Ahok

Namun, apakah janji tersebut bisa terealisasi?‎

Pengamat Pangan dan Pertanian IPB Bayu Krisnamurthi merasa khawatir dengan adanya janji anti impor dari Capres dan Cawapres tersebut.

"Kita tidak lagi di zaman yang menjadi impor fobia, takut sama impor. Dan saya malah khawatir kalau ada yang terlalu bersemangat menjanjikan anti impor. Artinya itu tidak realistis," ujar mantan Wakil Menteri Perdagangan ini saat ditemui di Menara Kadin, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (14/2/2019).

Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) ini juga menerangkan, impor ‎memang tidak bisa dihindari. Jika produksi dalam negeri tidak mencukupi, maka solusinya adalah impor.

"Artinya kita tidak boleh anti impor. Yang jadi masalah adalah siapa yang jadi perhatian kita, kesejahteraan petani. Nah kalau impor banyak kesejahteraan petani yang kena. Bagaimana kita bisa tetap impor penuhi impor tapi tidak mengganggu kesejahteraan petani," jelas dia.

Baca Juga: Kisi - kisi Debat Pilpres Kedua, BBM Satu Harga Akan Jadi Bola Panas

Meski demikian, menurut Bayu, impor pangan ini harus dikendalikan. Pasalnya, impor pangan saat ini masih terbilang besar.

"Sampai saat ini impor pangan masih besar. Saya ada angkanya, kalau digabung gandum kedelai beras, jumlahnya cukup besar. BPS menunjukan impor pangan 20 juta ton. Ini situasi menjadi perhatian, kita lihat konteks ketahanan pangan lebih dipentingkan keterjangkauan dan ketersediaan," imbuhnya.

Bayu kembali menegaskan, bahwa impor bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti secara berlebihan. Menurutnya, impor bisa disikapi dengan cara bijak.

"Impor adalah sesuatu yang tidak kita senangi tapi kalau harus dilakukan ya kita lakukan. Itu sebabnya untuk lebih konsentrasi pada peningkatan-peningkatan produktivitas petani," tutup Bayu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI