Insentif untuk Investor Asing Kurang Nendang, PMA 2018 Turun 8,8 Persen

Rabu, 30 Januari 2019 | 14:15 WIB
Insentif untuk Investor Asing Kurang Nendang, PMA 2018 Turun 8,8 Persen
Kepala BKPM Thomas Lembong. [Dok BKPM]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai pemerintah kurang agresif memberikan insentif ke investor asing. Sehingga hal ini yang membuat investasi asing yang masuk ke Indonesia tak mencapai target di 2018.

Berdasarkan Data BKPM, investasi asing yang masuk atau Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 392,7 triliun atau turun 8,8 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 430,5 triliun.

"Posisi kami sih ada perlu insentif dan yang ada perlu dibuat lebih agresif. Insentif sekarang ini belum nendang dan berhasil angkat (investasi asing)," ujarnya di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Rabu (30/1/2019).

Menurut mantan Menteri Perdagangan ini, Indonesia masih kalah agresif dengan negara tetangga dalam hal memberikan insentif.

Baca Juga: Ramai-ramai Mendoakan Agar Pernikahan Ahok dan Puput Gagal

Negara tetangga seperti Vietnam sangat agresif meringankan investor asing agar bisa berinvestasi di negaranya.

"Saya kira bukan rahasia bahwa negara tetangga super agresif dan itu kelihatan dari data-data investasi dan ekspor seperti Vietnam dan Thailand. Mereka gencar kasih insentif dan melakukan deregulasi. Vietnam sedang merasakan investment boom," imbuhnya.

Pemerintah harusnya tidak merasa puas dengan keringanan yang diberikan kepada investor asing. Pemerintah harus jauh lebih agresif lagi, dengan cara menyederhanakan regulasi yang tumpang tindih.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah telah memberikan insentif kepada para investor asing, salah satunya insentif pajak berupa tax holiday maupun tax allowance.

"Pemerintah Indonesia harus jauh lebih agresif. Apalagi perlu ada pengimbangan untuk kelemahan lain seperti skill tenaga kerja kita, dan kesulitan regulasi, regulasi tumpang tindih dan penyederhanaan. Jadi hemat saya, insentif yang ditawarkan harus bisa lebih agresif daripada yang ada sekarang," pungkasnya.

Baca Juga: Rupiah Perkasa Berkat Dana Asing Rp 19,2 Triliun Masuk ke Pasar Uang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI