Untuk diketahui, sebelumnya The Economist sempat menjadi sorotan warganet Indonesia. Sebabnya, mereka menulis Tokopedia dan Bukalapak sebagai perusahaan e-commerce yang berasal dari Singapura.
Sejatinya, tidak ada yang salah dari pemberitaan The Economist soal Bukalapak dan Tokopedia. Dalam tulisan berjudul 'Indonesia binges on e-commerce' tersebut, disebutkan Bukalapak dan Tokopedia sebagai pemain e-commerce lokal dengan pasar yang besar di Indonesia.
Namun dalam cuitan di Twitter, akun centang biru @TheEconomist menyebut Tokopedia dan Bukalapak sebagai startup yang berbasis di Singapura.
Hal ini memancing reaksi negatif dari warganet Indonesia. Rata-rata mengejek The Economist tidak melakukan riset mendalam sebelum mencuit.
Baca Juga: Ahok Mau Nikahi Puput, Grace Natalie: Itu Berarti Saya Bukan Selingkuhannya
Ada pula yang meminta admin akun Twitter @TheEconomist untuk meminta maaf kepada masyarakat Indonesia.
"Fix your research enstein," cuit akun @trexorange.
"When the admin don't even read the article," cuit akun @ranggafebryandi.
Tak hanya warganet, CEO Bukalapak Achmad Zaky pun memberikan sindiran tajamnya.
"I dont know why The Economist can be so stupid," tulisnya lewat akun @AchmadZaky.
Baca Juga: Kapten Leo Teriak Sambil Diinfus: Pak Panglima, Pak Presiden Tolong Saya
Meski begitu, tak semua warganet ikut mengejek. Sebagian justru merasa ini adalah kesalahan yang sengaja dilakukan oleh The Economist untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke situs mereka.