Suara.com - Pergerakan rupiah diprediksi bakal tertekan oleh dolar AS. Kepala riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, Bank Sentral Eropa pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi Eropa, mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia.
Sementara, untuk mata uang negara berkembang, pandangan Bank Sentral Eropa terhadap zona euro juga bisa mendorong investor keluar dari emerging market, karena kekhawatiran pasar biasanya mendorong investor keluar dari investasi berisiko, masuk ke safe haven termasuk dolar AS.
"Rupiah mungkin bergerak di kisaran Rp 14.100 - Rp 14.180," ujarnya di Jakarta, Jumat (25/1/2019).
Selain itu, tambah Ariston, lambannya negosiasi dagang AS dan China juga menimbulkan kekhawatiran.
Baca Juga: Pengakuan Mengejutkan Sopir Angkot Pemerkosa Gadis Penyandang Disabilitas
Jadi, hal di atas menjadi pertimbangan rupiah melemah karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap perekonomian global.
"Namun demikian, soal shutdown AS masih menjadi penahan penguatan dollar AS lebih lanjut," pungkas dia.