Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pengelolaan utang dilakukan dengan kehati-hatian, transparan dan tidak ugal-ugalan.
Pernyataan Sri Mulyani itu merupakan respons terhadap data total utang pemerintah hingga akhir 2018 mencapai Rp 4.418,30 triliun.
"Poin saya, utang adalah alat yang kami gunakan secara berhati-hati dengan bertanggung jawab, dibicarakan secara transparan, bukan ujug-ujug, tidak ugal-ugalan," ujar Sri Mulyani seusai mengikuti rapat terbatas di Istana Presiden, Rabu (23/1/2019).
Sri Mulyani menuturkan, kondisi utang Indonesia itu masih lebih baik bila dibandingkan negara lain, dengan catatan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,91 persen per Desember 2018. Menurutnya, angka tersebut tidak tinggi dibanding negara-negara lain.
Baca Juga: Fadli Zon: Abu Bakar Baasyir Urung Bebas, Indonesia Jangan Manut ke Asing
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut kondisi ekonomi terjaga sehingga berdampak positif pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan menurunkan angka kemiskinan.
"Negara lain defisitnya harus dinaikkan supaya ekonominya bisa tumbuh tinggi. Tapi kita tidak harus menambah defisit, ekonomi tetap terjaga di atas 5 persen.”