Suara.com - Pergerakan rupiah diprediksi analis bakal tertekan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dikarenakan sentimen negatif luar negeri yang masih membayangi pergerakan rupiah.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan salah satu sentimen negatif yaitu kesepakatan Brexit yang masih belum ada.
"Rupiah diprediksi masih bisa bergerak di level atas Rp 14.180 - Rp 14.250," kata Ariston di Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Selain itu, lanjut Ariston, potensi pelambatan ekonomi global dengan turunnya data perdagangan China, hasil Brexit yang bisa menurunkan ekonomi Inggris, potensi resesi Italia dan Jerman, serta goverment shutdown di AS.
Baca Juga: Kejutan! Twitter Berubah dan Punya Banyak Fitur Baru
"Dari sisi domestik, neraca perdagangan RI yang masih defisit. Dan harga minyak mentah juga belakangan menguat lagi," imbuh dia.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan rupiah pada Senin (21/1/2019) berada di level Rp 14.226 per dolar AS. Level itu melemah dibandingkan pergerakan akhir pekan sebelumnya sebelumnya di level Rp 14.177 per dolar AS.
Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah pada Senin berada di level Rp 14.212 per dolar AS. Posisi itu melemah dibandingkan pada akhir pekan sebelumnya yang di level Rp 14.182 per dolar AS.