Suara.com - Pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini bakal terpengaruh beberapa sentimen, terutama sentimen dari perekonomian AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan dari sentimen luar negeri rupiah bakal terpengaruh oleh shutdown AS yang mulai berpengaruh negatif ke sentimen konsumen AS.
Selain itu, negosiasi dagang AS dan China yang berpotensi menghasilkan solusi yang win-win. Dua sentimen itu, kata dia, bisa membuat rupiah menguat.
"Rupiah bergerak konsolidatif di kisaran atas di level Rp 14.140 - Rp 14.210," ujar Ariston di Jakarta, Senin (21/1/2019).
Baca Juga: Tarif 6 Ruas Baru Tol Trans Jawa Berlaku Hari Ini, Berikut Daftarnya
Meski begitu, sentimen negatif juga membayangi pergerakan rupiah melemah yang di antaranya, kesepakatan Brexit yang masih belum ada serta potensi pelambatan ekonomi global dengan turunnya data perdagangan China, hasil Brexit yang bisa menurunkan ekonomi Inggris, potensi resesi Italia dan Jerman, shutdown AS.
"Dari dalam negeri, Neraca perdagangan RI yang masih defisit. Harga minyak mentah yang juga belakangan ini menguat lagi," pungkas dia.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan rupiah pada akhir pekan kemarin (18/1/2019) berada di level Rp 14.177 per dolar AS. Level itu menguat dibandingkan pergerakan hari sebelumnya sebelumnya di level Rp 14.192 per dolar AS.
Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah pada akhir pekan kemarin berada di level Rp 14.182 per dolar AS. Posisi itu melemah dibandingkan pada hari sebelumnya yang di level Rp 14.158 per dolar AS.
Baca Juga: Rumah Dijual Seharga Rp 16.000 di Italia, Mau Beli?