Suara.com - Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia alias Indonesian National Air Carrier (Inaca), meminta PT Pertamina untuk menurunkan harga bahan bakar avtur. Pasalnya, biaya avtur menyumbang paling besar ongkos operasional pesawat.
Ketua Inaca I Gusti Ngurah Askhara mengatakan, kontribusi avtur pada biaya operasi sebesar 40 persen sampai 45 persen. Menurut dia, harga avtur juga terus mengalami kenaikan sejak 2016.
Ia menerangkan, sejak April 2016 - Desember 2018 harga avtur sudah mengalami kenaikan sebanyak 171 persen, sehingga hal ini juga mempengaruhi tarif tiket.
Berdasarkan catatan Inaca, pada tahun 2017 harga avtur sebesar 55,1 sen USD per liter, sedangkan pada 2018 harga avtur rata-rata sebesar 65,4 sen USD per liter.
Baca Juga: AFC Bantu PSSI Berantas Pengaturan Skor di Persepakbolaan Indonesia
"Saya mengerti Pertamina tidak bisa menurunkan begitu saja. Tapi saya tidak juga memaksa diturunkan. Saya sampaikan ke masyarakat, jika Pertamina bisa menurunkan harga avtur, kami juga bisa turunkan harga tiket," ujarnya dalam konferensi pers di Restoran Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Selain itu, yang memengaruhi tarif tiket pesawat adalah harga kredit pesawat. Selama ini, maskapai membeli pesawat secara kredit melalui lembaga pembiayaan.
"Sementara 10 persen biaya operasional adalah biaya pegawai yang perlu makan. Garuda punya 10 ribu pegawai, Citilink 2 ribu pegawai, Sriwijaya 4.500 pegawai, jadi ini masyarakat yang perlu kami biayai dan masuk dalam komponen cost kami," tambah dia.
Meski begitu, Ari mengklaim maskapai-makapai tidak melakukan pelanggaran dalam kenaikan tarif tiket pesawat. Menurut dia, tarif yang dikenakan sesuai peraturan.
"Sejak tahun 2016, kami maskapai nasional dan insan yang terlibat di dalamnya tidak melanggar regulasi, kalau ada kementerian sebagai regulator pasti akan menegur.”
Baca Juga: Mochtar Ngabalin: Pidato Prabowo Adalah Berita Bohong, Pakai Data Sampah