Suara.com - Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Jusuf Kalla kritik mahalnya biaya pembangunan kereta api ringan atau Light Rail Transit atau LRT Jabodebek yang mencapai Rp 500 miliar per kilometer. Selain itu, JK juga mengkritik pembangunan LRT yang dibuat melayang.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) selaku kontraktor pun buka suara atas kritikan tersebut. Menurut Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata, sebenarnya biaya pembangunan LRT Jabodebek lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia.
Berdasarkan catatan untuk LRT Jabodebek biayanya adalah sebesar Rp 673 miliar per kilometer (km) sudah termasuk prasarana dan sarananya.
Sedangankan, untuk pembangunan LRT Manila di Filipina sebesar Rp 904 miliar per km, LRT Kelana Jaya di Malaysia sebesar Rp 807miliar per km, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar per km dan LRT Dubai di Uni Emirat Arab Rp 1,026 miliar per km, LRT Calgary di Kanada sebesar Rp 2,197 miliar per km dan LRT Houston di Amerika Serikat sebesar Rp 688 mlliar per km.
Baca Juga: Progres Pembangunan LRT Jabodebek Baru 56,1 Persen
"Kalau bicara per km Rp 500 miliar dibandingkan dengan MRT sebagainya apalagi dibandingkan Singapura harga kita cukup kompetitif. Tapi dalam menerima informasi biaya harus paham dulu ruang lingkup kerjaannya apa, teknologi yang dipakai apa," ujar Pundjung di Precast LRT Adhi Pancoran, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Selain itu, lanjut Pundjung, untuk menentukan biaya pembangunan, harus mempertimbangkan jumlah rangkaian keretanya. Pasalnya, rangkaian kereta akan menentukan luasan depo atau tempat parkir dan pemeliharaan kereta.
"Kita punya 31 rangkaian kereta masing masing terdiri 6 gerbong, 6 kali 31 186 kereta efeknya juga pada luasan depo. Kalau kereta api sediakanlah jalan sistem rolling stock jadi harus urusin nyimpen kereta di mana ngerawatnya seperti apa. Itu dinamakan fasilitas depo. Depo kita di Bekasi timur 12 hektare. Cost itu termasuk depo dan stasiun," jelas dia.
Pundjung menambahkan, terdapat beberapa alasan untuk menentukan LRT Jabodebek dibuat melayang yang diantaranya, untuk menghilangkan perlintasan sebidang dengan jalan, sehingga kapasitas jalan akan tinggi karena tidak ada gangguan kereta lewat, serta menghindari kecelakaan lalu lintas kecelakaan yang sering terjadi.
Baca Juga: PT Jakro Bantah PT LRT Soal Skybridge Velodrome Mulai Dibangun Maret 2019
Serta, untuk memastikan kapasitas lintas ataupun frekuensi perjalanan kereta dapat maksimum tanpa menggangu jalur lalu lintas lain.