Suara.com - Harga emas dunia terus melesat dalam dua bulan terakhir berkat pelemahan dolar dan kejatuhan saham global yang mengangkat pamornya sebagai safe haven. Namun setelah rentetan kenaikan itu, harga emas menemui kondisi jenuh beli, mengindikasikan adanya potensi koreksi dalam jangka pendek.
Sejak November, ketika harga menyentuh $1200 per troy ons, harga sudah naik $87 sampai minggu lalu, atau sekitar 7,5%. Kenaikan harga emas ini terjadi lantaran dolar melemah karena masalah shutdown di AS. Pemerintah AS sudah ditutup selama tiga minggu karena anggarannya belum turun. Hal itu terjadi karena Presiden Trump masih menolak draft yang dibuat oleh Senat.
Dolar juga melemah karena munculnya ekspektasi Bank Sentral AS yaitu the Fed tidak akan menaikkan suku bunganya secara agresif tahun ini. Akhir pekan lalu, sang ketua Jerome Powell sendiri mengatakan pihaknya tidak terburu-buru menaikkan suku bunganya lagi. Hal tersebut memperkuat persepsi di pasar bahwa the Fed mulai rehat dari normalisasi kebijakan.
Kenaikan harga emas yang sudah berlangsung selama dua bulan membawa harga dalam kodisi jenuh beli (overbought). Dalam beberapa hari terakhir, harga berkonsolidasi di range $1280-1296. Patut diwaspadai adanya potensi koreksi.
Baca Juga: 9 Januari 2019 : Harga Jual Emas Antam Turun Rp 3.000 Per Gram
Namun tren harga masih positif di tengah prospek berakhirnya siklus kenaikan suku bunga the Fed. Pasalnya hal itu bisa menyebabkan dolar melemah tahun ini. Patut disebutkan bahwa sepanjang 2018 dolar mendominasi pasar mata uang didukung oleh kenaikan bunga the Fed. Banyak pengamat yang memperkirakan dolar melemah tahun ini, yang bisa memberi ruang bagi emas untuk terus menanjak.
Beberapa bank investasi ternama optimis emas bullish tahun ini. Goldman Sachs memproyeksikan harga emas bisa mencapai $1325 tahun ini. Bank of America Merril Lynch bahkan lebih tinggi lagi, yaitu $1350. Jauh lebih tinggi, ABN Amro memprediksi emas bisa menyentuh $1400.
Menurut hasil survei Kitco News terhadap 5000 responden, sekitar 34% memperkirakan harga emas bisa ke atas $1500 di akhir tahun depan. Namun yang pesimis ternyata masih ada, sekitar 18% melihat harga bisa turun hingga $1100. Sekitar 13% responden memproyeksikan harga di kisaran $1350-1400. Sisanya memperkirakan harga di $1200-1450.
Dari sisi teknikal, secara keseluruhan trend emas untuk minggu ini masih bullish, ditunjukkan oleh harga yang masih bergerak di atas garis moving average 50. Namun indikator stochastic sudah mulai menunjukkan jenuh beli, indikasi adanya koreksi untuk jangka pendek, untuk menguji support di kisaran 1278.79. Sementara 1300.000 akan menjadi level psikologis, sekaligus menjadi resistance kuatnya di minggu ini.
GKInvest adalah broker Indonesia yang terdaftar di BAPPEBTI. Selain legal, GKInvest menawarkan biaya transaksi yang paling murah di Indonesia serta beragam fasilitas yang dapat mempermudah transaksi Anda seperti MT4 Booster, VPS dan Signal Trading gratis. Pelajari tentang GKInvest.
Baca Juga: Sering Menyentuh dan Meremas Struk ATM Ternyata Bisa Berakibat Fatal