Suara.com - Pergerakan rupiah pada 2018 tak capai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2018. Bahkan, pergerakan rupiah mengalami penurunan atau depresiasi cukup tajam.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Kurs rupiah hingga 31 Desember berada di Rp 14.481 per dolar AS. Sehingga rata-rata sepanjang tahun rupiah berada di level Rp 14.247 per dolar. Level tersebut masih di bawah target APBN sebesar Rp 13.400 per dolar AS
"Dolar AS mengalami penguatan, dan rupiah mengalami depresiasi. Sama seperti yang terjadi di berbagai negara akibat normalisasi dan kenaikan subung Fed," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Menurut dia, hingga 31 Desember depreasi rupiah terhadap sudah sebesar 6,89 persen. Meski begitu, depreasi rupiah tidak separah negara-negara G20 lainnya.
Baca Juga: Awal 2019, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Bakal Menguat Terhadap Dolar AS
"Namun kita menunjukkan bahwa Indonesia tidak seperah, bahkan di antara negara G20 yang mengalami tekanan cukup besar," imbuh dia.
Selain itu, realisasi harga minyak mentah dunia juga mengalami kenaikan yang cukup tajam dari target 2018 dipatok sebesar 48 dolar AS per barel. Tercatat hingga 31 Desember harga minyak mentah dunia sebesar 67 dolar AS per barel.
"Lifting minyak kita di bawah yang diasumsikan. Asumsinya 800 ribu bph dan realisasinya 776 ribu bph. Lifting gas asumsinya 1.200 boepd dan realisasi nya 1.136 boepd," pungkas dia.