Suara.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menuturkan, kondisi flyover Rawa Buaya bukanlah dalam kondisi retak seperti yang tengah diperbincangkan.
Menurutnya, flyover Rawa Buaya hanya sedang mengalami peregangan karena faktor cuaca dan juga tekanan dari kendaraan yang melintas disekitarnya.
"Itu ada beton yang renggang, itu kan biasanya diisi karet, ini karetnya yang mau diganti. Karena kalau kita lihat LRT saja, sambungannya tidak rapat kan, karena dengan panas dingin itu muai nyusut muai nyusut," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Hal senada pun dikatakan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto. Menurutnya, flyover atau jembatan layang yang dibangun pada 2008 tersebut perlu dilakukan penggantian penahan beban atau pot bearing sekaligus penggantian bantalan karet jembatan (elastomer).
"Kita ganti perletakannya, sekaligus kita harus ganti elastomir antara lantai. Jadi itu diganti perletakannya sekaligus hubungan antar lantai penghubung, itu kan ada karet penghubungnya, hanya itu saja. Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan di viral ada retak renggang segala macam," ujar Sugiyartanto.
Adapun proses penggantian penahan beban dan bantalan karet jembatan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan jembatan yang dilakukan Kementerian PUPR. Proses pemeliharaan tersebut akan berlangsung selama 14 hari terhitung dari Rabu (26/12) kemarin.
"Itu kan dibangun 2008, repetisi atau berulangnya kendaraan berat lewat, perletakan tadi perlu penggantian, sekarang dalam pelaksanaan itu. Kalau renggang, itu kan nanti melorot atau retak atau terjadi defleksi atau luntur itu, tidak ada. Itu masih dalam batas wajar penggantian elastomir atau karet penghubung antar lantai tadi," katanya. (Antara)