Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengumpulkan para ahli untuk menyelidiki penyebab terjadinya bencana tsunami di Selat Sunda.
"Ini bukan tsunami karena gempa vulkanik tapi karena longsor seluas 64 hektar dari Gunung Anak Krakatau," kata Luhut.
Luhut menuturkan, bahwa hal tersebut merupakan teori awal yang disimpulkan tim yang sudah mulai bekerja sejak Minggu (23/12/2018).
Koordinasi dilaksanakan dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi seperti BPPT, LIPI, BMKG, BIG, LAPAN, Pushidros TNI-AL dan Kementerian ESDM.
Analisa sementara para ahli mengarah pada Gunung Anak Krakatau, yaitu adanya material yang lepas dalam jumlah banyak di lereng terjal yang dipicu oleh tremor dan curah hujan tinggi.
Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut, tim akan melakukan survei geologi kelautan dan bathymetri setelah situasi dirasa aman dan memungkinkan.
Selain survei laut, tindak lanjut tim tersebut antara lain akan dilakukan konfirmasi citra satelit resolusi tinggi oleh LAPAN, survei udara oleh BPPT, data GPS dan PASUT oleh BMKG, BIG, Pushidros TNI-AL, serta melibatkan industri di kawasan.
Khusus mengenai solusi jangka panjang dalam menghadapi bencana alam, pemerintah sedang merancang kebijakan yang lebih terintegrasi dan holistik di bawah koordinasi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.
"Kemarin kami, BMKG, Basarnas, BNPB sudah rapatlah bersama semua (instansi terkait) untuk menyusun Perpres terpadu," terang Menko Maritim yang menargetkan untuk menyelesaikannya pada Januari 2019.
Ia menyebutkan mengenai rencana peningkatan teknologi alat deteksi dini tsunami yang menjadi salah satu bagiannya.
(Antara)