Suara.com - Temuan teknologi termutakhir selalu menimbulkan perubahan yang sangat dahsyat seperti pertumbuhan exponential, ditemukannya berbagai produk terbaru dan canggih yang mengubah gaya hidup dan kebiasaan sebelumnya.
Pada revolusi industri 4.0 ini atau yang sering di sebut dengan revolusi industri keempat yang ditandai dengan robotisasi dan digitalisasi, muncul penemuan baru seperti mobil tanpa pengemudi, robot pintar, artificial intellegent dan lain sebagainya.
Disrupsi pun terjadi di berbagai lini dan membawa pengaruh sangat besar, salah satunya di dunia korporasi.
Bagaimana Human Resources (HR) sebagai penanggung jawab sumber daya manusia dalam suatu organiasi melihat hal ini?
“Teknologi berubah secara exponential, namun sayangnya organisasi masih tumbuh secara logarithma. Akibatnya terjadi gap di organisasi, 50% berada di level senior manager yang rata-rata adalah gen X, dan 17% gap muncul di level junior manager," kata Country HR Director- GE Indonesia Rudi Afandy di hadapan lebih dari 100 praktisi Human Resources, Human Capital Development (HCD) dari berbagai perusahaan di Indonesia yang hadir di Executive Lounge Graha Elnusa, Kamis (13/12/2018).
Tema ini menjadi bahasan menarik yang di angkat pada Leadership Cafe kali ini, sebuah forum rutin dua bulanan yang membahas seputar isu dan perkembangan terkini dunia ke HR-an, yang diinisasi oleh Kubik Leadership yaitu Human Being Empowerment "Dukungan Human Capital Menghadapi Revolusi Industri 4.0”.
Pada era VUCA (Vision, Understanding, Clarity, dan Agility) ini, talent yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki kompetensi Agile, Assertive, Persistance, Collaborative dan Continous to learn, unlearn and relearn.
Namun sayangnya masih sedikit ditemukan talent seperti itu. Bisnis yang berkembang pesat tidak disertai dengan kesiapan manusia dan organisasinya.
Menjadi tantangan besar untuk para HCD untuk dalam waktu singkat menemukan dan menciptakan karyawan yang sesuai dengan perubahan zaman, selain organisasi diharapkan segera beradaptasi.
Bukan itu saja, bagian HCD pun sudah mulai memikirkan platform terbaik untuk mengembangkan para karyawan dan talent yang dimiliki.
Melihat kebutuhan dan perkembangan yang ada, perusahaan perlu mengubah pendekatan dalam membangun hubungan dengan karyawan yang mereka miliki.
HR bukan lagi sekedar personalia, pengembangan, support atau bahkan partner saja. HR saat ini diharapkan bisa menjadi business player yang menentukan pertumbuhan dan arah bisnis, demikian disampaikan oleh Kartika Akbaria, People Operations Business Partner GFG ID – Kudo.
“Sebagai HR peran yang kami jalankan saat ini lebih banyak berdiskusi dan memastikan para business leader terlibat dalam agenda HR, 30% melakukan pengembangan tim dan 20% melakukan proses HR Improvement,” demikian ditambahkan Kartika.
Tinjauan dan informasi dari para pembicara mengenai perubahan besar peran HR sebagai Human Being Empowerment tak pelak mengundang antusiasme yang cukup ramai.
Banyak peserta Leadership cafe menanyakan lebih details hal-hal yang telah dilakukan baik oleh Rudi Afandy maupun Kartika Akbaria dalam keseharian mereka di organisasi.
Termasuk tantangan apa saja yang ditemui dan bagaimana cara berpindah fungsi.
Pada bagian penutup, Jamil Azzaini, Inspirator SuksesMulia yang juga Direktur Kubik Leadership, mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya berfokus pada pengembangan karyawan saja, tetapi juga menyiapkan pemimpin yang hebat, tangguh dan bisa membawa organisasi melewati berbagai tantangan yang muncul.
Pemimpin yang mampu menggerakkan energi, aksi dan konsisten menciptakan perubahan sekaligus memenangkannya.
Dan syarat utama untuk itu, adalah munculnya trust dan respect tim kepadanya. Untuk itu, diperlukan Essential Leadership.
Jamil menjelaskan hal-hal kunci apa saja yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin agar ia benar-benar memiliki Essential leadership.
Dengan perpaduan dua hal, memiliki pemimpin yang hebat, dan karyawan yang sesuai dengan perubahan niscaya sebuah perusahaan atau organisasi tidak lagi gagap menyambut era revolusi industri 4.0.