Suara.com - Negara-negara OPEC mengadakan pertemuan pada Kamis (6/12/2018) waktu setempat untuk mencari cara mengatasi harga minyak yang menurun. Para analis memprediksi, kartel minyak itu, dan sekutu pentingnya, Rusia, diperkirakan akan sepakat memangkas produksi sedikitnya 1 juta barel per hari.
Harga minyak mentah merosot sejak Oktober karena produsen-produsen besar minyak – termasuk AS – memproduksi minyak pada laju yang tinggi, dan karena munculnya kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah akan menurunkan permintaan energi.
Harga minyak jatuh 22 persen pada November dan turun lagi, Kamis (6/12/2018), karena muncul spekulasi bahwa langkah OPEC terlalu lunak untuk bisa mendukung pasar.
Dilansir dari Reuters, Arab Saudi, yang secara de facto dianggap sebagai pemimpin OPEC, memberi sinyal perlunya pengurangan produksi mulai Januari 2019. Namun tekanan muncul dari Presiden AS, Donald Trump, yang kerap menyuarakan pentingnya harga minyak yang murah.
Baca Juga: Januari 2019, Qatar Resmi Keluar dari OPEC
“Saya kira, pemangkasan satu juta barel per hari memadai,” kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Khalid Al-Falih, saat tiba di Wina untuk pertemuan itu.
Pemangkasan itu, katanya, mencakup produksi negara-negara OPEC dan bukan anggota OPEC, seperti Rusia, yang dalam beberapa tahun terakhir mengkoordinasikan batas-batas produksinya dengan kartel itu.
Namun, para investor tampaknya tidak yakin dengan pernyataan mereka, dan ini mendorong turunnya harga minyak lebih jauh.
Mereka memprihatinkan terlalu kecilnya pemangkasan produksi minyak. Harga minyak mentah yang jadi patokan internasional, Brent, menurun 1,52 dolar per barel menjadi 60,04 dolar per barel.
Baca Juga: Anggota OPEC Tolak Seruan Donald Trump Terkait Harga Minyak