Suara.com - Qatar memutuskan untuk keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Januari 2019. Menteri Energi Qatar, Saad al-Kaabi, mengumumkan Qatar keluar dari OPEC karena ingin fokus meningkatkan produksi gas alam.
Dilansir AFP, Saad al-Kaabi mengatakan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan boikot politik dan ekonomi yang telah berlangsung 18 bulan oleh Arab Saudi. Ia menjelaskan, keputusan keluar dari OPEC untuk meningkatkan strategi jangka panjang dan kedudukan Qatar di kancah global.
“Qatar telah memutuskan untuk mundur dari keanggotaan OPEC efektif Januari 2019 dan keputusan ini sudah dikomunikasikan dengan OPEC pagi ini,” kata Kaabi, yang juga kepala perusahaan minyak milik negara, Qatar Petroleum, dalam konferensi pers di Doha.
Kaabi mengatakan, Qatar akan terus memproduksi minyak dan mencari kesepakatan dengan produsen minyak lainnya, termasuk Brazil, produsen minyak terbesar Amerika Latin.
Baca Juga: Kalahkan Ronaldo, Modric Sabet Penghargaan Ballon d'Or 2018
Qatar memproduksi 600 ribu barel minyak per hari dan saat ini adalah negara produsen minyak terbesar ke-17 di dunia. Qatar bergabung dengan OPEC sejak 1961.
Keputusan untuk keluar dari OPEC muncul pada saat situasi politik di Teluk sedang bergolak. Arab Saudi dan negara-negara sekutunya sudah memboikot Qatar selama 18 bulan. Sementara itu, Arab Saudi mendominasi kebijakan OPEC.