"Jadi akan bermuara pada lithium battery, ini akan menjadi faktor kunci karena akan menekan harga mobil listrik, lithium battery mengarah kepada kandungan nikel yang semakin besar. Jangan lupa, kita pun penghasil nikel terbesar di dunia, dan harganya juga merangkak naik sekarang ini. Saat ini lithium battery juga bisa didaur ulang, apabila ini berjalan tentunya ini juga akan menekan emisi gas rumah kaca dari kendaraan berbahan bakar fosil,” jelasnya.
Kilang Naphta dan Kompleks Petrokimia PT Pertamina dan PT CPC Taiwan
Menko Luhut juga menyampaikan bahwa, pembangunan Kilang Naphta dan Kompleks Petrokimia PT Pertamina dan PT CPC Taiwan dipandang penting untuk segera direalisasikan.
"Presiden mengarahkan untuk percepat pembangunan kilang, karena manfaat pembangunan Kilang Naptha dan Kompleks Petrochemical di Indonesia akan banyak sekali," jelasnya.
Baca Juga: Kurangi Impor BBM, Menteri Jonan Minta Proyek Mobil Listrik Digenjot
Nantinya, Kilang Naphta akan dibangun dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta ton ethylene per tahun dengan nilai investasi pengembangan proyek kompleks petrokimia senilai US$ 6,49 miliar dolar. Dan juga akan dibangun unit hilir yang akan menmproduksi produk turunan kilang lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri nasional.
Menko Luhut menutup paparannya dengan menegaskan bahwasanya Indonesia adalah negara besar dengan potensi yang juga besar, serta tidak bergantung apalagi didikte oleh negara lain.
"Saya ingin kita ini independen, karena negara ini terlalu besar untuk dikontrol oleh negara lain atau berpihak pada satu negara pun di dunia. Kita jangan pernah jadi antek oleh satu negara. Sekali lagi kita tegaskan, kita ini negara besar, kita harus bangga jadi Indonesia,” katanya.