Suara.com - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyebutkan penguatan rupiah akhir-akhir ini bukan karena kerja keras pemerintah.
"Jadi menguatnya rupiah karena uang datang, bukan karena kepercayaan sama pemerintah. Dari dulu asing percaya sama pemerintah, buktinya udah investment grade, jadi tidak ada keraguan," ujar Faisal dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Faisal menuturkan, pergerakan rupiah dalam jangka pendek juga tidak dihubungkan dengan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD). Dia melanjutkan, meskipun CAD tinggi, rupiah tetap bisa menguat.
"Mau CAD memburuk, rupiah bisa membaik. Karena pemerintah utangnya sangat banyak. Pemerintah obral suku bunga tinggi biar uang datang," tutur dia.
Meski begitu, Faisal memperkirakan rupiah pada tahun depan akan kembali melemah. Dia pun berujar, level rupiah saat ini belom sampai titik terendah.
Hingga saat ini, rata-rata pergerakan rupiah hingga 21 November sebesar Rp 14.220 per dolar AS.
"Fenomena jangka pendek rupiah bisa menguat. Tahun depan jangka menengah, 99 persen rupiah akan melemah," pungkas dia.