Suara.com - Bank Indonesia (BI) membeberkan penyebab nilai tukar rupiah terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sejak 31 Oktober lalu, rupiah memang terus menguat.
Berdasarkan pasar Spot Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Jumat (9/11/2018) pukul 13.06 WIB berada di level Rp 14.671 per dolar AS. Posisi tersebut menguat dibandingkan pada posisi 31 Oktober lalu yang masih berada di level Rp 15.000-an.
Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia rupiah Jumat (9/11/2018) berada di level Rp 14.632 per dolar AS. Posisi itu menguat dari pergerakan hari kemarin di level Rp 14.651.
Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, penguatan rupiah ini karena rilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun 2018 di atas perkiraan pasar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Pada kuartal III pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen.
"Selain itu inflasi yang rendah, dan kepercayaan kebijakan pemerintah. Termasuk juga beroperasinya DNDF. Pemantauan kami DNDF cukup baik, suplai dan permintaan cukup berkembang," ujar Perry saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Dari sisi global, tambah Perry, meredanya ketegangan perang dagang AS dengan Cina turut menopang rupiah menguat.
"Baik faktor global maupun domestik yang mendorong nilai tukar rupiah menguat stabil. Ini semuanya sekali lagi sesuai dengan mekanisme pasar," tutur dia.
Perry menambahkan, dengan menguatnya rupiah tersebut, maka BI belum akan melakukan langkah untuk menstabilisasi rupiah.
"Pergerakan nilai tukar kebijakan sesuai mekanisme pasar supply dan demand nya bagus. Kita lihat enggak ada keperluan untuk stabilisasi," pungkas dia.