Suara.com - Konstruksi jalan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat (Jabar) dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan sekitar. Untuk menghindari alih fungsi lahan persawahan di sekitar akses tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) memilih teknik konstruksi tiang pancang pile slab (layang).
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan, pile slab tersebut sebenarnya merupakan teknik konstruksi yang biasa saja dan sudah banyak dikerjakan di tempat lainnya, namun ketinggian tiang pancang nantinya tidak akan setinggi flyover pada umumnya. Ketinggian pile slab jalan Pelabuhan Patimban hanya akan 3-4 m saja.
“Tidak terlalu tinggi, (tujuannya) untuk mengamankan sawah. Contohnya Tol Cengkareng arah Bandara Soetta. Jika jalan yang biasa at grade, maka masyarakat akan mudah merubah sawahnya, untuk kemudian menjadi alih fungsi sawah, yang nanti dibangun rumah, dibangun warung,” terang Basuki, saat meninjau lokasi pembangunan jalan Patimban, Selasa (6/11/2018).
Turut mendampingi Basuki, Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga, Sugiyartanto, dan Direktur Jembatan, Iwan Zarkasi.
Baca Juga: Dukung Kinerja Petugas Lapas di Cilacap, PUPR Bangun Rusun
Saat ini, menurut Basuki, sedang dilakukan pengujian kedalaman untuk tiang pancang pile slab yang telah dibuat. Sementara ini, kedalaman tiang pancang tersebut berkisar 22-30 m, yang pemanfaatannya tergantung kerapatan/kepadatan tanah lokasinya.
Jalan Pelabuhan Patimban dibangun sepanjang 8,2 km, dengan dana konstruksi mencapai Rp1,127 triliun, yang berasal dari pinjaman pemerintah Jepang.
Pembangunannya ditargetkan rampung akhir 2019. Paket pekerjaan jalan akses sepanjang 8,2 km tersebut sudah ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah 1 Jabar Ditjen Bina Marga, Agustus lalu, di Jakarta. Kontraktor pelaksana adalah Shimizu Corporation, bersama PT Bangun Cipta Kontraktor, dan PT Pembangunan Perumahan (PP).
Pelabuhan Patimban akan menjadi pelabuhan kontainer terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan dan aksesnya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekspor dan menekan biaya logistik industri nasional di Jabar.
Terkait pembebasan lahan, meskipun belum rampung seluruhnya, Menteri PUPR yakin hal tersebut dapat segera selesai. Sekarang sudah ada 4 km yang berhasil dibebaskan, dengan lebar 30 m.
Baca Juga: PUPR Dorong Percepatan Percepatan Sertifikasi Pekerja Konstruksi
Kebutuhan lebar tanah memang mencapai 40 m, namun dengan kondisi sekarang, lahan tersebut juga sudah bisa dilakukan pembersihan lahan (land clearing).