Suara.com - Tanpa banyak disadari masyarakat dalam negeri, konsistensi penerbitan Sukuk Negara di pasar internasional selama satu dekade telah menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar yang menerbitkan sukuk di pasar internasional.
Menurut Luky Alfirman, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat selama sepuluh tahun, total penerbitan Sukuk Negara di pasar internasional telah mencapai 16,15 miliar dolar AS.
Selain itu, pada Maret 2018, Indonesia juga menjadi negara pertama yang menerbitkan Sovereign Green Sukuk di dunia senilai 1,25 miliar dolar AS.
“Selain merefleksikan kontribusi Indonesia dalam mengembangkan pasar keuangan syariah internasional, hal ini juga membuktikan semakin pentingnya peran dan kiprah Indonesia di kancah keuangan syariah global,” ujar Luky Alfirman.
Sukuk Negara yang diterbitkan Pemerintah Indonesia tersebut telah mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari berbagai pihak, ditandai dengan diraihnya 29 penghargaan bertaraf internasional dari berbagai lembaga.
Yang terbaru, lanjutnya, Sukuk Negara berhasil memperoleh penghargaan “Asia Pacific Green/SRI Bond Deal of the Year” dari Global Capital/Euromoney pada September 2018.
Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan Indonesia menerbitkan Sukuk Negara di pasar keuangan internasional untuk membiayai proyek-proyek ramah lingkungan (Green Sukuk) senilai 1,25 miliar dolar AS pada bulan Maret 2018.
Dalam acara bertajuk “Satu Dasawarsa Sukuk Negara untuk Kemaslahatan Bangsa” di Gedung Dhanapala, Jakarta yang dihadiri oleh Menteri Keuangan, pimpinan lembaga keuangan, pelaku pasar keuangan syariah, dan kalangan akademisi terungkap besarnya peran Sukuk Negara terhadap pembiayaan APBN.
Hal ini terlihat pada peningkatan jumlah penerbitan dan kontribusi Sukuk Negara terhadap pembiayaan APBN, dengan rata-rata sekitar 30 persen dari total pembiayaan Surat Berharga Negara (SBN) setiap tahunnya.
“Total akumulasi penerbitan Sukuk Negara hingga bulan Oktober 2018 telah mencapai lebih dari Rp 950 triliun dengan outstanding per 25 Oktober 2018 sebesar Rp 657 triliun,” tuturnya.