Suara.com - Ekonomi Afrika Selatan tampaknya semakin terpuruk. Setelah masuk dalam masa resesi atau kemerosoton ekonomi, kali ini negara pelangi tersebut dihadapkan dengan prediksi defisit anggaran yang melebar.
Menteri Keuangan Tito Mboweni mengatakan tantangan yang dihadapinya pada saat pendapatan negara berkurang. Hal itu terlihat saat dia mempresentasikan pernyataan kebijakan anggaran jangka menengahnya setelah hanya dua minggu.
"Kami mencoba untuk membuat yang terbaik dari situasi yang sulit," kata Tito seperti dilansir Reuters, Kamis (25/10/2018).
Industri di Afrika Selatan sedang berjuang dengan utang yang membengkak yang berisiko mendorong peringkat kredit negara lebih dalam ke wilayah 'sampah'. Perusahaan-perusahaan negara yang kekurangan modal dan upah publik yang tinggi juga telah menekan keuangan pemerintah.
Baca Juga: Terjerat 2 Kasus, Ahmad Dhani Kembali Diperiksa Polisi Hari Ini
Hal ini menimbulkan rencana yang berbahaya untuk mengurangi tingkat pengangguran yang sangat tinggi sebelum pemilihan nasional tahun depan.
Departemen Keuangan memperkirakan defisit anggaran akan melebar menjadi 4 persen dari produk domestik bruto Afrika Selatan pada tahun fiskal 2018-2019, dari perkiraan 3,6 persen sebelumnya. Kemudian naik menjadi 4,2 persen dalam dua tahun ke depan.
Ini juga mengurangi separuh perkiraan pertumbuhan untuk tahun kalender ini menjadi 0,7 persen.
Dalam tiga tahun hingga 2020-2021, pendapatan pajak juga buruk dan turun secara signifikan. Tahun fiskal Afrika Selatan berlangsung dari April hingga Maret.
"Setelah pasar melihat secara keseluruhan apa yang terkandung dalam pernyataan itu, saya pikir mereka akan mendapatkan adanya keseimbangan," imbuh dia.
Baca Juga: Siapa Sejatinya Jamal Khashoggi dan Mengapa Dilenyapkan ?
Utang pinjaman bruto pemerintah diperkirakan akan stabil pada 59,6 persen dari PDB pada 2023-2024, dari sekitar 55,8 persen pada tahun ini. Taksiran ini kemungkinan akan dianggap negatif untuk peringkat kredit Afrika Selatan.