Suara.com - Pilihan pada Kabupaten Banyuwangi, yang menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan sangat tepat. Perekonomian Banyuwangi ini makin melesat, karena pertumbuhannya berada di level 5,6 persen.
Pertumbuhan tersebut unggul dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,53 persen, dan unggul 0,15 persen dari Jawa Timur.
“Rapor pariwisata Banyuwangi saat ini sangat positif, dan ini buah kerja bersama dari semua elemen di Banyuwangi. Dalam beberapa tahun terakhir, kami sangat fokus mendorong sektor pariwisata, sehingga hasil positif pun didapatkan dengan luar biasa,” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Minggu (21/10/2018).
Kuatnya sektor pariwisata membuat Banyuwangi berubah. Jumlah pengangguran terbuka turun 50 persen, yaitu berada di angka 3,07 persen.
Pada 2010-an, angka pengangguran terbuka masih berada di angka 6 persen. Bagaimana kemiskinan? Problem ini ada di angka 8,64 persen, padahal 8 tahun lalu mencapai 20,09 persen.
“Kami benar-benar mendapatkan manfaat dari ini semua. Banyak problem yang teratasi. Apa yang kami usahakan ini bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat. Kami serius membangun pariwisata, sebab potensi jangka panjangnya akan semakin bagus,” ujar Anas.
Catatan positif pun terus berlanjut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi naik 115,4 persen, yaitu di Rp 69,9 triliun. Kenaikan juga dialami pendapatan perkapitanya, yaitu Rp 43,65 juta pada 2018, padahal 2010 masih Rp 20,8 Juta. Angka ini naik 109 persen.
“Pariwisata bisa menarik sektor lain untuk maju. Kuncinya tetap pada pergerakan wisatawan,” tegasnya lagi.
Pergerakan wisatawan milik Banyuwangi tinggi. Jumlah arus masuk wisman tumbuh 691persen, yaitu 98.970 orang. Pada 2010, hanya 12.500 orang.
Baca Juga: Kembangkan Wisata, Pendapatan Warga Banyuwangi Naik 120%
Arus wisnus tumbuh 10.639 persen, atau 4,83 juta orang di 2018. Jalur udara pun tumbuh 4.144 persen, dan berada di angka 332.550 orang. Padahal pada 2010, penumpang hanya 7.835 orang.
Tingginya angka kunjungan wisatawan tentu menjadi berkah. Para wisatawan ini mengeluarkan uangnya untuk menikmati berbagai fasilitas di Banyuwangi.
Rata-rata wisman memiliki kemampuan spending hingga Rp 2,7 juta per trip, sedangkan wisnus sekitar Rp 1,543 juta. Spending para wisatawan ini pun menghadirkan perputaran sekitar Rp 7,7 triliun per tahun.
“Perputaran uang di Banyuwangi, saat ini sangat menjanjikan. Lagi-lagi yang menikmati hasil secara langsung adalah masyarakat. Banyuwangi bisa digunakan model membangun pariwisata yang ideal. Mereka berhasil mengatasi berbagai problem yang muncul sebelumnya,” terang Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementrian Pariwisata, RI Ni Wayan Giri Adnyani.
Tumbuh dengan postur besar, pariwisata sudah menjadi penyumbang terbesar PDRB dalam tiga tahun terakhir. Rata-rata pariwisata memberikan kontribusi sebesar 10,3 persen.
Pada 2016, kontribusi pariwisata terhadap PDRB sebesar 9,5 persen dari Rp 66,3 triliun. Angka fantastis sebesar 11,07 persen dari Rp 60,18 triliun pun dibukukan pada 2015. Prosentasi ini jadi donatur terbesar pariwisata dalam 6 tahun terakhir.
“Kalau pariwisata maju, otomatis semua akan mengikuti. Porsi sumbangsihnya terhadap daerah juga akan positif,” ujar Giri Adnyani.
PAD Rp 37 miliar menjadi target The Sun Rise of Java pada 2018. Angka ini naik Rp 15 miliar dari tahun sebelumnya, Rp 22 Miliar. Optimisme ini tidak lepas dari potensi 89 hotel, 9 hotel bintang (3 dan 4), 485 homestay, dan 750 rumah makan.
Banyuwangi juga memiliki 58 destinasi wisata plus 68 travel agent.
Baca Juga: 20 Ribu Santri Siap Ramaikan Festival Santri 2018 di Banyuwangi